Bisnis.com, JAKARTA - Mendekati akhir tahun, kinerja pasar saham dan obligasi masih bakal menghadapi sejumlah tantangan, di antara keduanya, tekanan terhadap pasar obligasi bakal lebih cepat.
Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen Eri Kusnadi mengatakan untuk tahun 2022 era kenaikan suku bunga akan menekan kinerja obligasi hingga pada 2023 mendatang.
"Untuk 2022 ini, sebenarnya cukup selaras dengan tahun 2021 dan 2023 yang akan datang. Era kenaikan suku bunga kinerja obligasi akan lebih tertekan, sedangkan untuk kinerja saham akan lebih bergantung pada kinerja pertumbuhan ekonomi," jelasnya kepada Bisnis, Senin (3/10/2022).
Walaupun demikian, kenaikan suku bunga yang terlalu tinggi pada akhirnya dapat menekan kinerja saham juga. Namun, dampaknya lebih tertunda dibandingkan dengan kinerja obligasi yang akan lebih cepat tertekannya.
Pada kuartal IV/2022 ini, dengan kenaikan suku bunga yang masih akan dilakukan oleh BI sebesar 3 kali dengan kenaikan masing-masing 25 basis poin, menurut kami kinerja obligasi masih akan dalam tekanan.
Selain itu, The Fed di Amerika Serikat juga masih akan menaikan suku bunga di sisa 2 pertemuan tahun ini.
"Dengan ekspektasi sisa tahun ini ekonomi indonesia masuk akan cukup bagus, walaupun sedikit terpengaruh oleh kenaikan harga BBM, seharusnya kinerja saham masih akan tertopang," tambahnya.
Hal yang lebih penting untuk diwaspadai adalah sentimen eksternal dari AS yang dapat memengaruhi suasana investor domestik. Di sisi lain, nilai tukar rupiah juga perlu diperhatikan dan perlu diwaspadai seiring masing menguatnya dolar AS dibandingkan dengan mata uang major lainnya.