Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Dunia Ambruk ke Bawah US$80 per Barel

Kekhawatiran perlambatan ekonomi menempatkan minyak mentah di jalur untuk kerugian kuartalan pertama dalam lebih dari dua tahun.
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah membukukan kerugian mingguan terpanjang tahun ini karena bank sentral di seluruh dunia makin gencar melawan inflasi dengan mengorbankan pertumbuhan ekonomi.

Melansir Bloomberg, Sabtu (24/9/2022), harga minyak West Texas Intermediate menetap di bawah US$79 per barel pada akhir perdagangan Jumat (23/9/2022) waktu setempat untuk pertama kalinya sejak Januari 2022 dan turun untuk minggu keempat berturut-turut.

Bank Sentral AS Federal Reserve minggu ini memberikan sinyal paling jelas bahwa mereka bersedia mentolerir resesi AS sebagai ganti mendapatkan kembali kendali inflasi, sementara Inggris, Norwegia dan Afrika Selatan juga menaikkan suku bunga.

“Ketakutan akan hard landing bagi ekonomi AS dan di seluruh ekonomi global sedang memasuki sistem. Menggunakan suku bunga seperti palu untuk ekonomi global dapat membatasi aktivitas ekonomi dan itulah sebabnya pelaku pasar melihat aksi jual,” kata John Kilduff, mitra pendiri Again Capital.

Kekhawatiran perlambatan ekonomi menempatkan minyak mentah di jalur untuk kerugian kuartalan pertama dalam lebih dari dua tahun. Pelemahan harga juga didorong lebih rendah oleh dolar yang melonjak. Indeks Spot Dolar Bloomberg naik ke rekor tertinggi pada Jumat, membuat harga komoditas dalam mata uang dolar AS lebih mahal bagi investor.

Menteri Perminyakan Nigeria Timipre Sylva mengatakan, jika minyak mentah turun lebih jauh, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mungkin terpaksa memangkas produksi. Adapun OPEC dan sekutunya awal bulan ini menyetujui pengurangan pasokan pertama dalam lebih dari setahun.

Mungkin ada gejolak lebih lanjut akibat larangan Uni Eropa terhadap minyak Rusia. Secara terpisah, negara-negara anggota OPEC juga berlomba untuk meraih kesepakatan politik dalam beberapa minggu yang akan memberlakukan batasan harga pada minyak Rusia.

Dorongan itu mendapatkan momentum setelah Presiden Vladimir Putin pada minggu ini mengumumkan mobilisasi pasukan, yang meningkatkan perang di Ukraina.

Kemunduran harga terlihat jelas di pasar minyak. Harga bensin berjangka turun lebih dari 6 persen, meskipun harga eceran meningkat setelah 98 hari penurunan berturut-turut.

“Produk olahan berjangka mengalami penjualan besar-besaran pada hari Jumat meskipun pasokan terbatas karena pengambilan risiko tidak disukai,” tulis analis di perusahaan distributor bahan bakar grosir TACenergy dalam sebuah catatan kepada klien.

Beberapa bank terbesar di dunia, bagaimanapun, memperkirakan rebound harga karena persediaan yang rendah, dan permintaan yang berkelanjutan meskipun ada kekhawatiran resesi. JPMorgan Chase & Co. memperkirakan harga Brent pada US$101 per barel untuk kuartal terakhir 2022, sementara Goldman Sachs Group Inc. memproyeksikan US$125.

“Ini akan menjadi kuartal terakhir yang sangat, sangat fluktuatif. Ada terlalu banyak faktor yang berbeda dan kontradiktif yang mendorong harga saat ini, kata Amrita Sen, kepala analis minyak di Energy Aspects Ltd.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper