Bisnis.com, JAKARTA — Rupiah dibuka melanjutkan pelemahan pada perdagangan Kamis (22/9/2022), bersama dengan penguatan indeks dolar AS menembus rekor tertinggi dalam 20 tahun terakhir.
Mengutip data Bloomberg, nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,27 persen atau melemah 40 poin ke posisi Rp15.037 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS pada pukul 09.12 WIB terpantau menguat 0,91 persen ke 111,65.
Sejumlah mata uang lainnya di kawasan Asia Pasifik yang tercatat melemah pada perdagangan hari ini antara lain peso Filipina turun 0,66 persen, yuan China turun 0,61 persen, baht Thailand turun 0,46 persen.
Selain itu, turut melemah won Korea Selatan turun 0,96 persen, dolar Taiwan turun 0,40 persen, dolar Singapura turun 0,23 persen, rupee India turun 0,28 persen, dan ringgit Malaysia turun 0,36 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sebelumnya memperkirakan pada perdagangan hari ini rupiah dibuka berfluktuatif, tetapi ditutup melemah pada rentang Rp14.980 - Rp15.040.
Ibrahim memaparkan pelemahan rupiah yang mendekati level tertinggi selama 20 tahun terakhir terimbas dari Presiden Rusia Vladimir Putin yang meningkatkan ketegangan terhadap Ukraina. Putin telah mendeklarasikan mobilisasi 2 juta cadangan militer untuk mencaplok sebagian wilayah Ukraina.
Baca Juga
Putin juga menaikan suku geopolitik dengan membuat ancaman terselubung untuk menggunakan persenjataaan nuklir guna menguasai Ukraina. Pada saat yang sama Putin juga menuduh negara-negara barat melakukan pemerasan nuklir terhadap Putin.
Kekhawatiran The Fed akan menaikkan kembali FFR sekitar 125 bps (1,25 perden) di dua pertemuan The Fed hingga akhir tahun 2022 dan berlanjut menaikkan FFR hingga 4,6 persen di tahun 2023, juga turut mendorong penguatan indeks dolar AS.
Sementara itu Asian Development Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,4 persen untuk tahun ini. Angka ini naik 0,2 persen dari perkiraan kenaikan 5,2 persen pada bulan Juli.
Proyeksi ADB yang meningkatkan perkiraan kenaikan suku bunga dilakukan seiring dengan momentum yang kuat di sisa tahun ini. Terlebih lagi perekonomian Indonesia cukup solid dengan pertumbuhan 5,23 persen pada paruh pertama tahun ini.
"Ada beberapa aspek yang dipercaya masih akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di sisa tahun ini adalah konsumsi masyarakat, investasi, ekspor, hingga kunjungan wisatawan," ujar Ibrahim.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Kamis (22/9/2022). Hasil rapat kemungkinan akan mengumumkan kenaikan suku bunga acuan pada bulan ini.
Pada Agustus lalu, BI menaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen. Kenaikan tersebut merupakan yang pertama sejak November 2018.