Bisnis.com, JAKARTA – Tingkat imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) Indonesia masih berpotensi melemah lebih jauh seiring dengan prospek kelanjutan peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Chief Investment Officer STAR AM Susanto Chandra menjelaskan kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin menunjukkan Bank Indonesia bersikap pre emptive mengantisipasi kenaikan inflasi yang terutama disebabkan kenaikan BBM.
Menurutnya, kebijakan BI akan mendorong para investor untuk meningkatkan ekspektasi imbal hasil (yield) dan menyebabkan pelemahan harga di pasar obligasi dalam jangka pendek.
Namun, jika kenaikan suku bunga dapat menstabilkan nilai tukar rupiah dan mengendalikan inflasi, hal ini akan berimbas positif terhadap pasar surat utang Indonesia.
“Jika nilai tukar stabil dan inflasi terkendali, kami perkirakan dalam jangka menengah investor akan kembali berinvestasi di pasar obligasi Indonesia,” jelasnya saat dihubungi, Kamis (22/9/2022).
Susanto melanjutkan, selain kebijakan moneter Bank Indonesia, investor juga akan memperhatikan kebijakan The Fed hingga akhir tahun ini. Ia menjelaskan, apabila kebijakan suku bunga tinggi The Fed terus berlanjut, maka hal ini akan mendorong bank sentral di negara lain untuk ikut menaikkan suku bunganya.
Baca Juga
Lebih lanjut, Susanto menuturkan tren kenaikan suku bunga BI diprediksi masih akan berlanjut hingga akhir tahun. Seiring dengan hal tersebut, maka tingkat imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia berpotensi kembali ke level 7,8 persen hingga akhir tahun.
“Dengan potensi kelanjutan naikknya suku bunga BI, kami memprediksi range yield SUN 10 tahun akan berada di kisaran 7,4 persen – 7,8 persen,” pungkasnya.
Adapun, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 21 - 22 September 2022 memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen.
"Berdasarkan asesmen terkini, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 21 dan 22 September 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 50 bps menjadi 4,25 persen,"kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil RDG BI hari ini, Selasa (23/8/2022).
Sejalan dengan keputusan ini, BI menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar 50 basis poin menjadi 3,5 persen dan suku bunga Lending Facility menjadi 5,0 persen.
Keputusan ini diambil sebagai langkah front loaded dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 2-4 persen pada paruh kedua tahun 2023.