Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas melemah pada akhir perdagangan Senin (19/9/2022), tertekan oleh imbal hasil obligasi pemerintah AS yang menguat. Dolar AS yang melemah sedikit menahan kerugian logam kuning tersebut.
Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Desember di Divisi Comex New York Exchange, tergelincir 5,30 poin atau 0,31 persen ke level US$1.678,20 per troy ounce. Harga emas masih di bawah level psikologis US$1.700 dolar AS karena pasar menantikan langkah-langkah pengetatan kebijakan lebih lanjut dari Federal Reserve.
Harga emas berjangka tergelincir 2,6 persen minggu lalu ke posisi terendah 2,5 tahun setelah data inflasi AS menunjukkan bahwa Fed kemungkinan akan memperketat suku bunga acuan secara agresif dalam pertemuan pekan ini, dan kemungkinan untuk sisa tahun ini.
Data mendorong dolar mendekati level tertinggi 20 tahun, dan juga mendukung imbal hasil obligasi Pemerintah AS, yang pada gilirannya mendorong investor menjauh dari emas.
Emas sekarang menghadapi perjuangan berat untuk bisa menembus kembali di atas level dukungan penting US$1.700 yang hilang untuk kedua kalinya tahun ini pekan lalu. Para analis memperkirakan pergerakan emas akan diredam menjelang keputusan Fed minggu ini.
Investor menunggu keputusan pertemuan moneter the Fed yang akan dimulai Selasa waktu setempat dan berakhir pada Rabu (21/9/2022). Secara luas diperkirakan bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada akhir pertemuan mereka.
Baca Juga
Namun demikian, emas mendapat dorongan karena indeks National Association of Home Builders/Wells Fargo Housing Market turun tiga poin menjadi 46 pada September, angka terendah sejak Mei 2014. Angka di bawah 50 menunjukkan bahwa lebih banyak pengembang melihat kondisi sebagai buruk daripada baik.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 2,30 sen atau 0,12 persen menjadi US$19,358 per troy ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober naik US$17,5 atau 1,94 persen ke US$918,50 per troy ounce.