Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah emiten properti rela tak menaikkan harga produknya di tengah berbagai ancaman seperti kenaikan suku bunga, inflasi, dan harga bahan bakar minyak yang akan mempengaruhi daya beli masyarkat.
Emiten seperti PT Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI) dan PT Intiland Development Tbk. (DILD) menyebut belum berencana menaikkan harga untuk proyek-proyek eksistingnya. Hal ini untuk mendorong minat konsumen untuk segera membeli properti.
Presiden Direktur ASRI Joseph Sanusi Tjong mengatakan, kondisi pasar sedang berat dan menantang, ASRI optimistis rumah merupakan kebutuhan pokok sehingga banyak pihak membutuhkannya.
“Saat ini dinilai menjadi saat yang tepat untuk membeli hunian karena belum ada kenaikan harga,” ungkapnya dalam paparan publik beberapa waktu lalu.
Kendati demikian, Joseph tetap optimistis target setahun bisa tercapai dan menegaskan belum merencanakan perubahan target marketing sales sampai akhir tahun, tetap pada Rp3,4 triliun.
"Pengakuan penjualan pada tengah tahun pertama baru Rp1,9 triliun, mungkin bisa mencapai Rp3,5 triliun akhir tahun, dengan selesainya pembangunan unit-unit yang tengah dijual," ungkapnya.
Baca Juga
Senada, emiten properti andalan Lo Kheng Hong, PT Intiland Development Tbk. (DILD) juga belum berencana meningkatkan harga properti yang sudah ada, meskipun sepanjang semester I/2022 baru mencapai prapenjualan Rp803 miliar atau 33,45 persen dari total target prapenjualan 2022.
Direktur Keuangan DILD Archied Noto Pradono mengatakan bahwa adanya kenaikan BBM, inflasi, kenaikan suku bunga dan lainnya, meski belum jelas dampaknya, tapi terasa di pasar apartemen belum membaik.
Namun, sambil menimbang akan revisi target atau tidak, DILD berupaya mengoptimalkan sumber yang ada, seperti dari stok yang masih ada.
“Proyek yang ready stock akan menjadi menarik karena harganya belum naik, masih sama. Jadi banyak orang yang punya kebutuhan bisa mempercepat pembelian. Yang masalah ini kan orang selalu menunda, padahal kalau menunda jadi lebih mahal,” kata Archied.
Adapun, Intiland menilai meskipun ada kenaikan inflasi, suku bunga, dan kemungkinan penurunan daya beli, namun perbankan masih kondusif memberikan bunga kepada konsumen, sehingga Perseroan masih punya banyak ruang untuk mengantisipasi dengan memberikan paket seperti subsidi bunga dan sebagainya.
“Karena selama ini di segmen landed kami nggak ada subsidi bunga, karena bunga sudah cukup menarik dari perbankan. Jadi kalau naik suku bunganya kita bisa kasih subsidi bunga lagi. Tapi kalau kita lihat perbankan kita cukup baik dari likuiditas, harusnya tidak terlalu overshoot kalau naik bunga, terutama di sektor KPR,” kata Archied.
Sementara tidak menaikkan harga pada stok yang eksisting, DILD tetap mempertimbangkan penyesuaian harga pada proyek-proyek yang akan dilaksanakan di masa mendatang.