Bisnis.com, JAKARTA – Kontrak karya emiten nikel PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) bakal berakhir pada akhir 2025. Namun demikian, perseroan belum melakukan perpanjangan kendati banyak proyek yang tengah digarap.
CEO Vale Indonesia Febriany Eddy mengakui perseroan belum mengajukan dokumen apa pun terkait perpanjangan kontrak karya. Sementara itu, emiten bersandi INCO tersebut masih fokus pada kerja sama pengembangan proyek yang tengah dilaksanakan.
“Memang belum submit, kan kita mau bangun pabrik 3 [unit]. Memang ada beberapa perizinan yang diperlukan, dengan adanya pabrik ini diharapkan mempercepat perizinan yang ada,” kata Febriany dalam konferensi pers, Selasa (13/9/2022).
Febri percaya diri bahwa dengan mengerjakan semua komitmen yang ada dan memenuhi semua persyaratan dan kebutuhan dengan baik, INCO akan dalam posisi yang baik untuk meminta perpanjangan kontrak.
“Pemerintah sedang menjaga iklim investasi. Dengan proyek yang sedang kami jalankan, yang juga mendukung rencana pemerintah membangun ekosistem baterai kendaraan listrik, harusnya mendukung kalau kami meminta perpanjangan,” imbuh Febri.
Lebih lanjut, INCO juga tetap secara paralel berkonsultasi dengan Kementerian ESDM terkait dengan proses perpanjangan kontrak karya.
Baca Juga
“Kalau kami sudah siap, kami akan minta arahan dari pemerintah, tapi sementara sambil kita pelajari dulu,” jelasnya.
Saat ini INCO memiliki tiga proyek pengembangan pabrik dan smelter bersama mitranya dengan nilai investasi senilai US$8 miliar.
Proyek pertama, pengembangan smelter dan HPAL di Pomalaa, Sulawesi Tenggara bersama dengan Huayou Cobalt Co. Ltd. dengan total produksi nikel daam MHP (mixed hydroxide precipitate) sebesar 120.000. Diperkirakan tambang dengan nilai investasi US$4,5 miliar ini akan dikerjakan mulai 2022-2025.
Selanjutnya ada proyek bersama Taiyuan Iron & Steel Co. Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co. Ltd. di Bahodopi, Sulawesi Tengah untuk pengembangan pabrik feronikel dengan kapasitas 73.000 ton per tahun dengan nilai investasi US$2,3 miliar. Proyek ini juga diperkirakan akan rampung pada 2025.
Terbaru, proyek limonit di Sorowako, Sulawesi Selatan dikembangkan juga bersama Huayou dengan nilai investasi US$1,8 miliar dan kapasitas produksi 60.000 ton nikel dalam MHP yang akan mulai digarap pada 2023 dan diperkirakan bisa rampung pada 2026.