Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jumlah Investor Pasar Modal Berpotensi Capai 20 Juta 5 Tahun Lagi

Investor pasar modal akan terus bertambah dan menyentuh angka 20 juta dalam lima tahun mendatang, melihat tren pertumbuhan saat ini.
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (24/8/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (24/8/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat pasar modal memperkirakan jumlah investor pasar modal akan terus bertambah dan menyentuh angka 20 juta dalam lima tahun mendatang, melihat tren pertumbuhan saat ini.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi dalam webinar bertajuk “Sosialisasi dan Edukasi Pasar Modal Terpadu Tahun 2022,” di kanal YouTube Jasa Keuangan, Jumat (26/8/2022) juga mengungkapkan bahwa jumlah investor hingga saat ini tumbuh luar biasa. 

Pada 2019, OJK mencatat terdapat 2,48 juta investor pasar modal. Investor itu tumbuh 56,21 persen menjadi 3,88 juta pada 2020. Pertumbuhan terus berlanjut dengan persentase mencapai 92,99 persen menjadi 7,49 juta investor pada 2021.

Terakhir, per 19 Agustus 2022, OJK mencatatkan jumlah investor pasar modal telah mencapai 9,45 juta atau naik 26,14 persen dibandingkan tahun 2021.

“Jumlah investor pasar modal saat ini mencapai sangat luar biasa sekali, 9,45 juta investor pasar modal,” kata Inarno dalam webinar, dikutip Jumat (26/8/2022).

Dia melanjutkan, yang menarik dari 9,45 juta investor tersebut, 70 persen diantaranya adalah kaum milenial.

Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI Budi Frensidy secara terpisah bahkan memprediksi bahwa jumlah investor di Tanah Air dalam lima tahun mendatang akan mencapai 20 juta-an investor.

“Saya pikir dua tahun ke depan itu bisa ke belasan juta [jumlah investor pasar modal] dan kalau kita bicara 5 tahun ya sampai 20 juta-an lah,” ungkap Budi saat dihubungi Bisnis, Jumat (26/8/2022).

Dia menyampaikan perkiraan tersebut setelah membandingkan jumlah masyarakat yang memiliki dana di bank yang jauh lebih banyak dan berpotensi masuk ke pasar modal.

Budi memperkiraan setidaknya terdapat 90 juta orang yang memiliki rekening bank, di mana satu orang bisa memiliki lebih dari satu rekening bank, sehingga capaian investor pasar modal saat ini 9,45 juta investor adalah 1/10 pemilik rekening.

Menurutnya, di negara maju setidaknya 20 persen dari pemilik rekening tersebut berpotensi menjadi investor pasar modal, sehingga dari capaian saat ini ada potensi pertumbuhan lebih dari 100 persen.

Selain itu, pertumbuhan investor yang terus terjadi dari mulai masa pandemi Covid-19 hingga saat ini, menurut Budi juga pengaruh dari semakin mudahnya akses. Mulai dari membuka rekening investasi yang mudah dan murah.

Kemudian juga tersedianya waktu lebih akibat pandemi Covid-19, sehingga waktu tersebut digunakan untuk mengakses informasi atau bahkan mengikuti seminar terkait investasi. Apalagi saat ini banyak sekali informasi mengenai investasi, baik dari sumber terpercaya maupun tidak.

Namun, dia juga tidak memungkiri bahwa banyaknya investor terutama kalangan muda yang saat ini mendominasi investor pasar modal karena banyak yang ikut-ikutan baik itu kawan maupun orang lain yang dilihatnya mengeruk untung besar di pasar modal.

Oleh sebab itu Budi merasa bahwa investor muda saat ini masih banyak yang ikut-ikutan, belum sepenuhnya memahami risiko dan juga prinsip dasar dari investasi itu sendiri.

“Masih perlu dilakukan edukasi. Edukasi yang meluruskan yang salah, yang provokasi, yang pom-pom itu ya,” terangnya.

Sebagai pengingat, Budi mengatakan, bahwa semakin besar iming-iming keuntungan dari investasi, maka juga akan semakin besar risikonya. Oleh sebab itu, menurutnya investor perlu untuk memiliki pengetahuan dasar terkait investasi sebelum masuk ke dalamnya.

Terkait dengan banyaknya informasi terkait investasi saat ini, juga penting bagi investor memilah informasi yang bukan sekadar provokasi atau bahkan manipulatif.

Di sisi lain, untuk lembaga-lembaga terkait, Budi juga mengharapkan selain meningkatkan edukasi juga perlu terus mengingatkan risiko yang ada.

“Edukasi dan sosialisasi bagi lembaga terkait dan juga menggandeng orang-orang yang meng-counter orang yang memprovokasi. Selain membatasi gerakan yang memprovokasi itu, bisa dengan diberikan sanksi atau diawasi, dan sebagainya,” terangnya.

Menurutnya, saat ini banyak yang memberikan informasi provokatif bahkan manipulatif bagi investor dan berlindung dibalik ucapan disclaimer dan berpotensi mempengaruhi investor mencatatkan kerugian terutama bagi investor pemula yang tidak mengerti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper