Bisnis.com, JAKARTA – Saham-saham perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diperkirakan bakal menjadi pendorong pergerakan IDX BUMN20 sampai dengan akhir tahun, terutama lantaran sektor perbankan menjadi penyumbang dividen jumbo sektor BUMN sepanjang tahun ini.
Mengutip data penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (16/8/2022), indeks yang diisi 20 saham perusahaan pelat merah atau BUMN (Badan Usaha Milik Negara) tersebut tercatat turun 0,49 persen ke 401,78.
Sementara itu, sepanjang 2022 berjalan (ytd), IDX BUMN20 tumbuh 8,61 persen dan tumbuh 18,22 persen dibandingkan dengan tahun lalu (yoy).
Head of Research Samuel Sekuritas Suria Dharma mengatakan pergerakan IDX BUMN20 akan didukung kinerja sektor perbankan yang diproyeksikan dapat mencetak kinerja terbaiknya tahun ini.
“Bank-bank besar BUMN saya perkirakan akan mencatatkan laba bersih tertinggi dalam sejarah,” ungkapnya kepada Bisnis, Selasa (16/8/2022).
Adapun, Samuel Sekuritas Indonesia memberikan rekomendasi beli untuk saham BBRI dengan target harga di 5.400 dan BMRI dengan target harga di 10.000. Sementara itu, untuk saham BBNI disematkan rekomendasi jual dengan target harga di 8.500.
Baca Juga
Terkait dengan pembagian dividen, Kementerian Keuangan mencatat pada 2022 Bank BRI menjadi penyumbang dividen terbesar bagi PNBP yakni dividen senilai Rp14,05 triliun, disusul Bank Mandiri Rp8,75 triliun, Telkom Rp7,74 triliun, BNI Rp1,64 triliun, dan Pelindo Rp1,32 triliun.
Selanjutnya Inalum juga menjadi salah satu dari sepuluh penyumbang dividen terbesar bagi PNBP senilai Rp0,90 triliun, PLN Rp0,75 triliun, Pertamina Rp0,73 triliun, Semen Indonesia Rp0,52 triliun, SMI Rp0,46 triliun, dan BUMN lain Rp1,06 triliun.
Melalui Nota Keuangan APBN 2023, Pemerintah juga menargetkan untuk bisa meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) dari dividen bisa meningkat 9,1 persen dari tahun ini mencapai Rp44,06 triliun.
Peningkatan tersebut utamanya disebabkan adanya proyeksi peningkatan kinerja keuangan BUMN pada 2022 seiring dengan kondisi perekonomian yang membaik setelah sebelumnya terdampak secara signifikan oleh pandemi Covid-19.
Pendapatan dari dividen BUMN merupakan kontributor utama, sedangkan pendapatan dari KND lainnya dari surplus lembaga antara lain sisa surplus Bank Indonesia (BI) dan surplus Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bersifat tidak tetap.
Pada periode 2018–2021, pendapatan KND mengalami penurunan rata-rata 12,2 persen tiap tahunnya. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2019 sebesar 79,2 persen yang disebabkan oleh adanya realisasi pendapatan KND dari sisa surplus BI bagian Pemerintah.
Kontraksi terdalam terjadi pada 2021 karena berkurangnya setoran Dividen BUMN tahun 2021 sebagai dampak dari penurunan kinerja keuangan BUMN Tahun Buku 2020 akibat pandemi Covid-19 dan tidak adanya pendapatan KND dari sisa surplus BI bagian Pemerintah.