Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Saham Tolak Angin SIDO, Katalis Positif Pasar Ekspor

Saham Sido Muncul SIDO mendapat rekomendasi beli oleh NH Korindo Sekuritas dengan target harga Rp900.
Pekerja memilah sachet Tolak Angin di bagian pengemasan pabrik PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) di Semarang, Jawa Tengah. Saham Sido Muncul SIDO mendapat rekomendasi beli oleh NH Korindo Sekuritas dengan target harga Rp900. Bloomberg/Dimas Ardian
Pekerja memilah sachet Tolak Angin di bagian pengemasan pabrik PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) di Semarang, Jawa Tengah. Saham Sido Muncul SIDO mendapat rekomendasi beli oleh NH Korindo Sekuritas dengan target harga Rp900. Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — Produsen jamu Tolak Angin, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) masih mencatatkan tren penurunan kinerja sepanjang paruh pertama 2022. Namun demikian, masih ada peluang naik di saham SIDO.

Analis NH Korindo Sekuritas Cindy Alicia Ramadhania memaparkan, selama 6 bulan pertama tahun ini, penjualan Sido Muncul turun 3 persen secara tahunan senilai Rp1,6 triliun.

“Penurunan ini disebabkan oleh rendahnya permintaan, baik untuk segmen herbal dan f&b di pasar domestik,” ujar Cindy dalam risetnya, dikutip Selasa (9/8/2022).

Lebih lanjut Cindy menjelaskan, menurunnya permintaan produk SIDO diakibatkan oleh tingginya inflasi bahan pangan, sehingga konsumen lebih memilih untuk fokus memenuhi kebutuhan pokok.

Dari segmen Farmasi, permintaan tercatat stabil pada 6 bulan pertama 2022, didukung produk terkait Covid-19, antara lain parasetamol, obat batuk sirup, dan sebagainya.

Sementara itu, untuk penjualan segmen herbal & suplemen pada semester I/2022 cenderung stabil, dengan margin berkisar 66 persen hingga 67 persen di tengah melambatnya permintaan jamu, khususnya pada kategori cold symptom.

Di sisi lain, kinerja segmen F&B tertekan oleh melambatnya permintaan produk Kuku Bima Energi dan vitamin C, meski produk Kuku Bima Energi berkontribusi 16 persen terhadap penjualan perseroan dan mencatatkan penjualan ekspor yang lebih tinggi di Nigeria dan Malaysia.

“SIDO memproyeksikan margin segmen F&B ke depan akan meningkat, karena sebagian besar harga produk-produk utamanya telah disesuaikan,” imbuh Cindy.

Ke depan SIDO memanfaatkan lini bisnis internasional untuk mengimbangi penurunan yang terjadi di pasar domestik. Pada semester I/2022, bisnis internasional tumbuh 80 persen year-on-year (yoy) dengan negara ekspor baru yaitu Senegal dan Togo.

Pada kuartal III/2022, SIDO berencana untuk melakukan ekspansi ke Ghana dan Kamerun, sementara untuk kuartal berikutnya akan mengekspor produk ke China, Kenya, dan Vietnam.

Sebagai informasi, penjualan SIDO pada kuartal II/2022 tercatat turun 15 persen yoy menjadi Rp731,6 miliar. Segmen jamu herbal dan suplemen mencatatkan penurunan terbesar, turun 17 persen secara tahunan menjadi Rp459,7 miliar.

Laba kotor pada kuartal II/2022 juga turun 23 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu senilai Rp372,7 miliar. Laba operasi juga turun 34 persen yoy menjadi Rp191,5 miliar sejalan dengan penurunan opex sebesar 3 persen ke Rp187,4 miliar.

Ke depannya, SIDO akan melakukan efisiensi opex untuk mempertahankan harga jual dan menghindari penurunan daya beli.

NH Korindo Sekuritas memberikan rekomendasi saham SIDO beli, dengan target harga Rp900 per lembar saham. Target harga tersebut mengimplikasikan P/E sebesar 17,4 kali atau -1 STD dengan potensi kenaikan sebesar 18,4 persen.

“Adapun risikonya yaitu kenaikan harga bahan baku, daya beli konsumen, dan penurunan permintaan produk,” tutup Cindy.

Pada sesi pertama perdagangan hari ini, Selasa (9/8/2022) saham SIDO terpantau parkir di zona hijau, menguat 2,67 persen menjadi Rp775.

Dalam sepekan terakhir, saham SIDO naik 1,31 persen, meski secara year-to-date (ytd) masih mengalami koreksi sebesar 10,92 persen dari posisi harga Rp870.

Sepanjang sesi pertama perdagangan, saham dengan kapitalisasi pasar Rp23,25 triliun tersebut bergerak di kisaran Rp750 hingga Ro780, dan telah mencatatkan transaksi 46,83 juta saham senilai Rp36,15 miliar.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper