Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meneropong Saham Sektor Properti kala PDB Pecah Rekor 5,4 Persen

Analis masih memasang rating overweight kepada saham-saham emiten properti lantaran sektor ini mulai mengalami perbaikan meskipun belum bisa pulih maksimal.
Analis masih memasang rating overweight kepada saham-saham emiten properti lantaran sektor ini mulai mengalami perbaikan meskipun belum bisa pulih maksimal sepanjang tahun ini. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Analis masih memasang rating overweight kepada saham-saham emiten properti lantaran sektor ini mulai mengalami perbaikan meskipun belum bisa pulih maksimal sepanjang tahun ini. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Analis masih memasang rating overweight kepada saham-saham emiten properti lantaran sektor ini mulai mengalami perbaikan meskipun belum bisa pulih maksimal sepanjang tahun ini.

Analis MNC Sekuritas Muhammad Rudy Setiawan mengatakan masih banyak faktor yang membebani saham emiten sektor properti sepanjang 2022 berjalan, meskipun dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penguatan sampai 5,5 persen sepanjang tahun ini.

Rudy menyebutkan, secara makro, terdapat risiko superinflasi di AS, sampai 9,1 persen pada Juni 2022 yang menyebabkan suhu bunga acuan The Fed meningkat secara agresif sampai 150 basis poin pada semester I/2022).

“Hal itu berdampak pada potensi kenaikan suku bunga dari bank sentral di hampir semua negara. Korelasi perilaku kenaikan suku bunga acuan membawa dampak negatif terhadap pergerakan harga saham properti di Indonesia, karena 70 persen pembelian masih melalui KPR,” kata Rudy dalam riset, dikutip Jumat (5/8/2022).

Selain itu, ada faktor lain di mana 50 persen utang pengembang dalam bentuk dolar, baik Singapura maupun AS. Hal ini berdampak negatif ketika terjadi depresiasi rupiah.

Sebelumnya, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan 7DRR di 3,50 persen yang mengakibatkan rupiah terdepresiasi menjadi Rp15.000 per dolar AS.

“Namun risiko ini cukup terkendali dengan rata-rata DER [debt to equity ratio] dari emiten properti pantauan kami di 0,41x pada kuartal pertama 2022. Adapun, emiten seperti PWON lebih unggul dalam hal ini karena melakukan lindung nilai terhadap utang dalam dolar AS,” terangnya.

Di sisi lain, MNC Sekuritas melihat permintaan properti akan tetap kuat sepanjang tahun ini dengan rata-rata pertumbuhan penjualan pemasaran 7 – 8 persen year on year (yoy).

“Meskipun insentif lebih rendah dari tahun sebelumnya, kami percaya bahwa harga saham properti akan menguat, terutama didorong oleh harga komoditas yang kuat, lebih banyak meluncurkan properti setelah Idul Fitri dan indeks harga properti residensial meningkat,” ujar Rudy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper