Bisnis.com, JAKARTA — Emiten unggas PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) membukukan kenaikan penjualan sepanjang semester I/2022. Namun tekanan harga komoditas telah membuat laba Charoen Pokphand mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasi perseroan pada Rabu (2/8/2022), penjualan Charoen Pokphand naik 12,43 persen secara tahunan menjadi Rp28,63 triliun, dari Rp25,46 triliun pada semester I/2022.
Penjualan CPIN terutama ditopang oleh penjualan ayam pedaging yang menyumbang Rp16,30 triliun, meningkat 26,76 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan Rp12,86 triliun pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
Sementara itu, segmen pakan ternak yang merupakan penyumbang terbesar kedua dengan nilai penjualan sebesar Rp6,67 triliun justru turun 7,26 persen yoy daripada Rp7,19 triliun di semester I/2021.
Seiring dengan naiknya penjualan, beban pokok penjualan Charoen Pokphand tercatat naik 17,68 persen menjadi Rp23,74 triliun, dibandingkan dengan Rp20,17 triliun pada semester I/2021.
Kenaikan beban pokok penjualan terutama disumbang dari pos bahan baku yang digunakan yang mencatatkan kenaikan sebesar 19,47 persen secara tahunan menjadi Rp20,33 triliun. Pada Januari-Juni 2021, beban bahan baku berada di angka Rp17,01 triliun.
Baca Juga
Kenaikan beban pokok penjualan yang lebih tinggi dari kenaikan penjualan membuat laba kotor CPIN tergerus 7,56 persen yoy dari Rp5,29 triliun pada semester I/2021 menjadi Rp4,89 triliun pada semester I/2022.
Sementara itu, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk 14,68 persen menjadi hanya Rp2,41 triliun dari Rp2,83 triliun pada periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Di sisi lain, jumlah aset Charoen Pokphand tercatat meningkat sebesar Rp3,64 triliun atau 10,28 persen menjadi Rp39,09 triliun per 30 Juni 2022, dibandingkan dengan Rp35,44 triliun pada 31 Desember 2021. Kenaikan terutama disebabkan oleh kenaikan persediaan sebesar Rp2,46 triliun selama semester I/2022.
Liabilitas Charoen Pokphand juga meningkat sebesar Rp3,00 triliun menjadi Rp13,29 triliun yang disebabkan oleh kenaikan utang bank jangka pendek senilai Rp2,12 triliun sehingga menjadi Rp6,71 triliun.