Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah tipis, Senin (1/8/2022). Pada saat yang sama, indeks dolar AS melanjutkan pelemahannya setelah data ekonomi AS memperlihatkan penurunan ekonomi pada kuartal II/2022.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda dibuka melemah 0,17 persen atau turun 24,5 poin sehingga parkir di posisi Rp14.858 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS pada pukul 09.00 WIB terpantau melemah 0,23 persen atau 0,24 poin ke level 105,65.
Mayoritas mata uang lain di kawasan Asia terpantau turut melemah seperti dolar Taiwan yang melemah 0,32 persen, won Korea Selatan melemah 0,48 persen, dan yuan China melemah 0,03 persen.
Sementara itu, yen Jepang menguat 0,65 persen, dolar Singapura menguat 0,04 persen, dan rupee India menguat 0,62 persen
Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan pergerakan rupiah pada hari ini dibuka berfluktuatif dan ditutup menguat di rentang Rp14.810-Rp14.860.
Ibrahim mengatakan dalam riset hariannya bahwa dolar turun ke level terendah dalam enam minggu mengikuti penurunan hasil Treasury setelah data menunjukkan ekonomi AS kembali terkontraksi. Situasi ini memicu spekulasi bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku secara agresif seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Baca Juga
PDB AS pada kuartal II/2022 turun 0,9 persen yoy, melanjutkan kontraksi sebesar 1,6 persen pada kuartal I/2022.
“Dua kuartal kontraksi berturut-turut secara luas dipandang oleh para ekonom sebagai sinyal resesi teknis,” kata Ibrahim, Jumat (29/7/2022).
Sebelumnya pada Rabu (27/7/2022), The Fed kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 2,25-2,5 persen sebagaimana diharapkan pasar. Ketua The Fed Jerome Powell menilai Amerika Serikat tidak berada dalam resesi jika mengacu pada pasar tenaga kerja.
Tren kenaikan suku bunga pada bulan-bulan berikutnya berikutnya kemungkinan tidak seagresif sebelumnya, sehingga pasar finansial sedikit stabil dan kembali tenang.
Dari dalam negeri, ekonomi Indonesia tetap bergerak positif. Ibrahim mengatakan Indonesia justru muncul sebagai kekuatan baru ketika banyak negara mengalami gejolak.
“Ini sesuai dengan perkiraan dari IMF, Bank Dunia maupun ADB yang memprediksi ekonomi Indonesia pada 2022 tumbuh di atas 5,2 persen,” katanya.