Bisnis.com, JAKARTA - PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. (GOOD) melaporkan kinerja keuangan pada semester I/2022. Penjualan Garudafood tumbuh dua digit dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Pada semester I/2022, penjualan Garudafood mencapai Rp5,18 triliun, naik 23,8 persen dibandingkan dengan Rp4,18 triliun pada semester I/2021.
Pertumbuhan penjualan Garudafood ditopang oleh segmen makanan utamanya dari kategori snack, dairy dan biskuit (wafer stick) yang memberikan kontribusi sebesar 87,7 persen dari seluruh porsi penjualan dengan pertumbuhan sebesar 24,9 persen. Sementara itu, segmen minuman mengalami pertumbuhan sebesar 16,5 persen.
Adapun berdasarkan segmen geografis, penjualan domestik naik 24,4 persen yoy menjadi Rp4,96 triliun dan ekspor naik 11,6 persen yoy menjadi Rp215,13 miliar.
Seiring dengan naiknya penjualan, beban pokok penjualan Garudafood meningkat 32,1 persen yoy menjadi Rp3,92 triliun, dari sebelumnya Rp2,97 triliun. Meski demikian, laba kotor Garudafood tercatat tetap naik 3,45 persen menjadi Rp1,25 triliun dibandingkan dengan Rp1,21 triliun pada semester I/2021.
Sementara itu, laba bersih GOOD yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun sebesar 10,5 persen menjadi Rp180,81 miliar. Meski demikian, perseroan mencatat penurunan laba semester I/2022 lebih baik dibandingkan dengan kuartal I/2022 yang turun sebesar 24 persen.
Baca Juga
Direktur Garudafood Paulus Tedjosutikno dalam keterangan resmi menjelaskan penurunan laba terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga beberapa komoditas bahan baku sebagai dampak kondisi pandemi dan konflik Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan.
Situasi tersebut memicu kelangkaan kontainer, tingginya freight cost dan kelangkaan bahan baku. Kenaikan harga yang terjadi sangat cepat dan tidak terkendali ini sudah dirasakan perseroan sejak semester II/2021 sehingga biaya produksi juga ikut terimbas naik.
“Kami bersyukur atas pertumbuhan penjualan di semester I tahun ini yang jauh lebih baik dari tahun sebelumnya meskipun diterpa tantangan harga komoditas yang kian melonjak. Hal ini ditunjang dengan makin pulihnya ekonomi Indonesia karena penanganan Covid-19 yang makin baik oleh pemerintah sehingga mobilitas masyarakat juga meningkat,” kata Paulus, Jumat (29/7/2022).
Paulus mengatakan tantangan ke depan masih akan terkait dengan kenaikan harga bahan baku karena tidak dapat diprediksi kapan akan berakhir. Untuk menyiasati kondisi tersebut, Garudafood menerapkan strategi kontrak jangka panjang untuk mendapatkan harga yang stabil dan jaminan pasokan dan meningkatkan persediaan untuk mengantisipasi gangguan di jalur logistik bahan baku sehingga kelangsungan proses produksi tidak sampai terganggu.
“Kami juga memfokuskan pertumbuhan volume penjualan untuk produk di kategori fast-moving. Caranya, dengan melakukan ekspansi jalur distribusi, serta digitalisasi sektor logistik,” lanjutnya.
Sebagai upaya akhir, Garudafood telah menaikkan harga jual per kilogram produk secara bertahap untuk produk-produk pada kategori tertentu sejak Januari 2022. Paulus tetap optimistis pada akhir 2022 Garudafood mampu mencapai pertumbuhan penjualan dan laba bersih yang lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu.
Adapun total liabilitas GOOD pada 30 Juni 2022 tercatat turun dari Rp3,73 triliun menjadi Rp3,62 triliun pada 30 Juni 2022. Total aset juga turun 1,6 persen menjadi Rp6,65 triliun. Garudafood juga memiliki kas dan setara kas lebih dari Rp611,27 miliar di akhir 30 Juni 2022, turun dari posisi akhir 2021 sebesar Rp1,01 triliun.