Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengupas Prospek Saham Penggerak IHSG di Tengah Sentimen Suku Bunga

Berikut ini prospek sejumlah saham yang menjadi penggerak (leader) sepanjang Juli 2022.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (20/7/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (20/7/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat melemah 2,30 persen ke level 6.877,66 pada penutupan sesi I, Selasa (26/7/2022) dari posisi 7.042,94 pada 26 Juni 2022. IHSG sempat mencapai level terendah 6.639,17 pada 4 Juli 2022 di tengah sentimen suku bunga dan inflasi.

Di tengah situasi tersebut, terdapat sejumlah saham yang menjadi penggerak (leader) sepanjang Juli. Empat saham top movers secara month to date (mtd) per 25 Juli 2022 adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), PT Berkah Beton Sadaya Tbk. (BEBS), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), dan PT Barito Pacific Tbk. (BRPT).

Kemudian disusul PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), dan PT United Tractors Tbk. (UNTR).

TLKM menjadi penggerak terbesar dengan kontribusi 29,1 poin pada IHSG. Saham dengan kapitalisasi pasar Rp420 triliun itu tercatat telah menguat 6 persen sepanjang Juli hingga parkir di harga 4.240 pada penutupan Senin (25/7/2022).

Posisi TLKM disusul BEBS yang berkontribusi 15,9 poin pada pergerakan IHSG. Harga saham BEBS telah naik 35,81 persen per 25 Juli 2022 sehingga berada di 5.025 dengan kapitalisasi pasar Rp45 triliun.

Bank pelat merah BBRI juga masuk jajaran saham leader secara mtd Juli dengan kontribusi 14,6 poin pada indeks. Harga saham BBRI telah menguat 2,41 persen sejak awal Juli ke posisi 4.250 dengan kapitalisasi pasar Rp638 triliun.

Selanjutnya, terdapat saham BRPT yang berkontribusi 11,4 poin pada IHSG dengan kapitalisasi pasar Rp87 triliun. Harga saham BRPT telah menguat 22,52 persen sejak awal bulan dan mengakhiri perdagangan Senin kemarin di level 925 per saham.

Berkaca pada kinerja di kuartal I/2022, Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan saham BBRI menjadi yang terkuat di antara saham-saham di atas, dengan laba mencapai Rp12,1 triliun atau naik 78 persen yoy.

“Hal ini mengindikasikan kinerja yang makin baik, ekonomi makin pulih dan pembentukan holding ultra mikro tahun lalu tampak berjalan cukup baik sehingga diperkirakan akan membukukan pendapatan dan laba tertinggi sepanjang sejarah pada tahun ini,” kata Pandhu, Selasa (26/7/2022).

Dia mengatakan kinerja positif BBRI yang kuat akan membuat investor mengincar sahamnya untuk investasi jangka panjang sehingga koreksi harga tidak akan terlalu menimbulkan kekhawatiran.

“Koreksi harga justru merupakan peluang untuk mendapatkan level entry yang lebih baik,” kata dia.

Adapun untuk TLKM, Pandhu mencatat kinerjanya sejak 2017 cenderung memperlihatkan pertumbuhan yang stabil meski lambat. TLKM kini diperdagangkan dengan valuasi di kisaran -1SD dari rata2 PE dan PBV 5 tahun terakhir, sehingga bisa dikatakan cukup murah.

“Mungkin dengan kondisi saat ini belum terlalu menarik karena banyak saham lain yang menawarkan pertumbuhan lebih kuat, tetapi jika kondisi ekonomi memburuk biasanya TLKM cenderung lebih dapat bertahan,” katanya.

Pandhu mengatakan investor perlu memperhatikan bagaimana perkembangan ekonomi Indonesia untuk beberapa bulan ke depan di tengah kontraksi ekonomi global. Sebagaimana diketahui, tingkat inflasi Indonesia memperlihatkan peningkatan dan terdapat potensi kenaikan suku bunga. Meski demikian, dia menilai perekonomian masih cukup kondusif sejauh ini.

Di sisi lain, meski BEBS membukukan pertumbuhan cukup besar pada kuartal II/2022, Pandhu mengatakan valuasi sahamnya sudah sangat tinggi dan bahkan lebih tinggi daripada saham-saham sektor industri konstruksi.

“BEBS saat ini diperdagangkan pada kisaran rasio PE 264x dan PBV 56x. Valuasi setinggi ini biasanya akan dihindari para investor jangka panjang karena tidak terdapat margin of safety yang mencukupi,” katanya.

Prospek industri konstruksi pun dia sebut relatif lemah karena realisasi kinerja masih di bawah kondisi sebelum pandemi. Oleh karena itu, Investindo Nusantara Sekuritas melihat saham BEVS lebih cocok untuk trading jangka pendek.

Saham BRPT, sebaliknya, memperlihatkan penurunan kinerja keuangan pada kuartal I/2022 dengan laba yang turun 80 persen yoy menjadi US$45,5 juta. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku bisnis BRPT yang mayoritas merupakan produk turunan minyak mentah.

Selama kuartal I/2022, harga minyak mentah naik ke level US$100 per barel sehingga memperberat kinerja BRPT dan diperkirakan masih berdampak di kuartal II/2022.

“Meski begitu, kami perkirakan kinerja kuartal III/2022 akan membaik seiring dengan harga minyak yang mulai turun dan saat ini berada di kisaran US$98 per barel,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper