Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi AS Melonjak 9,1 Persen, Begini Proyeksi IHSG Besok

Lonjakan inflasi AS berpotensi diikuti kenaikan suku bunga The Fed yang makin agresif sehingga dapat menekan IHSG.
Lonjakan inflasi AS berpotensi diikuti kenaikan suku bunga The Fed yang makin agresif sehingga dapat menekan IHSG. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Lonjakan inflasi AS berpotensi diikuti kenaikan suku bunga The Fed yang makin agresif sehingga dapat menekan IHSG. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) akan dipengaruhi rilis data inflasi Amerika Serikat pada Juni 2022 yang melesat jauh di atas ekspektasi pasar.

Data Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa indeks harga konsumen (CPI) AS naik 9,1 persen pada Juni 2022 dan merupakan lonjakan terbesar sejak 1981.

Tingkat inflasi yang melampaui ekspektasi pasar ini diyakini bakal makin memantapkan langkah The Fed untuk melanjutkan kebijakan agresif menaikkan suku bunga acuan. Hal tersebut bakal mempersempit jarak antara tingkat suku bunga The Fed dan Bank Indonesia dan mendorong keluarnya investasi asing.

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya menyebutkan IHSG berpotensi terkoreksi di rentang 6.550—6.700. Pada perdagangan hari ini, IHSG mengakhiri perdagangan di zona merah dengan koreksi 1,15 persen ke posisi 6.640,99.

“Inflasi ini berpotensi diikuti kenaikan suku bunga The Fed yang makin agresif, sedangkan suku bunga dalam negeri belum naik. Hal tersebut membuat spread suku bunga menjadi makin tipis sehingga mendorong aliran dana asing keluar dari Indonesia,” kata Cheryl ketika dihubungi, Rabu (13/7/2022).

Senada, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan kenaikan tingkat suku bunga The Fed yang terlalu agresif bisa memicu resesi karena bakal berimbas pada tingkat investasi dan aktivitas konsumsi.

Dalam situasi ini, pelaku pasar akan cenderung mengalihkan aset ke instrumen investasi yang lebih aman seperti deposito dan obligasi.

"Pastinya IHSG akan merespons dengan pelemahan dan berpotensi bergerak ke bawah level 6.600, terlebih dengan status Indonesia sebagai emerging market,” kata Nico.

Selain rilis data terbaru tingkat inflasi AS, Nico mengatakan pelaku pasar juga tengah mengantisipasi laporan kinerja ekonomi kuartal II/2022 China. Terdapat indikasi bahwa perekonomian China akan tumbuh negatif secara kuartalan imbas dari pembatasan mobilitas dalam kebijakan Zero Covid-19.

“Jika ekonomi China pada kuartal II/2022 tumbuh negatif, ini menjadi pertanda sudah ada ekonomi besar yang mengalami perlambatan,” kata dia.

Pada Rabu (13/7/2022), IHSG ditutup pada posisi 6.640,99, atau turun 1,15 persen. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada rentang 6.636,04 - 6.727,92.

Sementara itu, Wall Street dibuka anjlok pada awal perdagangan Rabu (13/7/2022) malam setelah rilis data inflasi AS melonjak melampaui perkiraan sehingga menambah peluang kenaikan suku bunga The Fed lanjutan.

Wall Street dibuka melemah tajam setelah laporan inflasi yang lebih panas dari perkiraan untuk bulan Juni, mengutip Yahoo Finance.

S&P 500 turun 1,3 persen pada pembukaan, Nasdaq turun 1,7 persen, dan Dow Jones turun 1,1 persen. Pada bulan Juni, inflasi AS naik 9,1 persen, terbesar sejak November 1981 dan jauh di atas perkiraan untuk kenaikan inflasi 8,8 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper