Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) kembali bergerak menguat seiring dengan meningkatnya permintaan dari negara importir utama seperti India dan China.
Berdasarkan data dari Bursa Malaysia, harga CPO untuk kontrak bulan September terpantau sempat naik hingga 4,2 persen ke 4.314 ringgit per ton atau US$975 per ton sebelum ditutup pada level 4.163 ringgit per ton pada perdagangan akhir pekan, Jumat (8/7/2022).
Sementara itu, harga minyak biji kedelai yang menjadi substitusi terdekat minyak sawit juga menguat 1,3 persen di Bursa Chicago setelah melonjak 5,2 persen pada Kamis lalu.
Direktur Pelindung Bestari Bhd Paramalingam Supramaniam mengatakan, setelah aksi jual beberapa waktu lalu, CPO menjadi minyak nabati yang atraktif di mata India. Hal ini terlihat dari harga CPO yang menunjukkan diskon sekitar US$250 dibandingkan dengan minyak konsumsi lainnya.
Sementara itu, Senior Manager of Commodities di Philip Nova, Avtar Sandu dalam laporannya menyebutkan importir dari India dan China telah kembali ke pasar CPO. Mereka mengambil kesempatan pada koreksi harga CPO yang menyentuh level terendahnya dalam 1 tahun pada pekan ini.
“Aksi jual sepertinya telah berakhir untuk jangka pendek. Hal ini seiring dengan sejumlah sentimen bearish yang telah priced in, seperti ekspor Malaysia yang melemah, kenaikan persediaan, serta lonjakan ekspor dari Indonesia,” jelasnya dikutip dari Bloomberg, Sabtu (9/7/2022).
Baca Juga
Selanjutnya, pasar akan mencermati pergerakan pasar CPO melalui data bulanan dari Kementerian Pertanian AS yang akan dirilis pada Selasa pekan depan. Pada pekan yang sama, Malaysian Palm Oil Board (MPOB) juga akan merilis data cadangan, produksi, dan ekspor CPO di bulan Juni 2022.
Survei dari Bloomberg menunjukkan jumlah cadangan CPO di Malaysia melonjak sekitar 13 persen di bulan Juni dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi 1,72 juta ton.
Head of Trading and Hedging Strategies di Kaleesuwari Intercontinental Gnanasekar Thiagarajan menyebutkan, rebound harga yang tajam dari 3.735 ringgit per ton menandakan level harga bawah CPO dalam jangka menengah sudah terbentuk.
“Level harga support di pasar kemungkinan akan berada di level 3.900 ringgit – 4.000 ringgit, sebelum bergerak naik menguji level 4.800 ringgit atau level yang lebih tinggi dalam beberapa pekan ke depan,” ujarnya.