Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah dan mata uang Asia berhasil menguat memanfaatkan pelemahan dolar AS pada awal perdagangan Jumat (8/7/2022).
Rupiah menguat 25,5 poin atau 0,17 persen ke Rp14.976 per dolar AS pada pukul 09.01 WIB. Rupiah menguat bersama mayoritas mata uang Asia lainnya. Indeks dolar AS terkoreksi 0,17 persen ke posisi 106,951.
Rupee India naik 0,16 persen, ringgit Malaysia naik 0,05 persen, yuan China naik 0,03 persen, won Korea Selatan naik 0,11 persen.
Kemarin, nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,02 persen atau turun 2,5 poin sehingga parkir di posisi Rp15.001,5 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS pada pukul 15.02 WIB terpantau melemah 0,103 poin atau 0,10 persen ke level 106,79.
Sejumlah mata uang lain di kawasan Asia terpantau turut melemah seperti yen Jepang sebesar 0,17 persen, yuan China 0,03 persen, dan baht Thailand 0,07 persen.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengatakan pelemahan rupiah tidak lepas dari kondisi dalam negeri dan kondisi perekonomian global. Dari dalam negeri, kenaikan inflasi berada pada level yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Baca Juga
“Hal ini mendorong perspektif investor yang meningkat risikonya sehingga mereka kemudian mengambil keputusan untuk sementara waktu mengalihkan aset mereka ke instrumen ataupun negara safe haven seperti misalnya Amerika Serikat,” kata Rendy.
Sementara itu, kenaikan suku bunga acuan telah berdampak terhadap kenaikan imbal hasil surat utang dari obligasi pemerintah. Kondisi tersebut mendorong banyak investor untuk sementara waktu memarkirkan dananya ke Amerika Serikat sehingga mempengaruhi capital auto di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Kedua faktor inilah yang kemudian menjadi alasan kuat kenapa dalam beberapa hari ini atau mungkin minggu terakhir nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sampai dengan level Rp15.000,” lanjutnya.
Untuk ke depannya, Rendy mengatakan pergerakan nilai tukar masih akan dipengaruhi oleh beberapa hal. Termasuk rilis data yang berkaitan dengan tenaga kerja yang akan dirilis di Amerika Serikat pada Jumat pekan ini. Perkembangan inflasi di dalam negeri juga turut memainkan peran.
“Jika inflasi berada pada level yang tinggi dan kemudian berada jauh di luar target pemerintah maka ini juga saya pikir akan menaikkan risiko investasi sehingga akan mendorong terjadinya capital offroad dari pasar keuangan kita.”
Rendy memperkirakan Bank Indonesia akan melakukan intervensi agar rupiah tidak terdepresiasi lebih dalam lagi keluar dari level psikologis di atas Rp15.000 per dolar AS.