Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Alibaba Melesat 66 Persen Sejak Maret, Investor Makin Cuan?

Saham Alibaba menguat dan bangkit titik terendah tahun ini pada Maret 2022. Mungkinkah investor bisa mengeruk keuntungan?
Seorang pejalan kaki melewati logo Alibaba di China/ Bloomberg
Seorang pejalan kaki melewati logo Alibaba di China/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Saham Alibaba Group Holding Ltd (BABA) mengalami rebound pekan ini dan mencatatkan peningkatan signifikan. 

Berdasarkan data Hong Kong Stock Exchange Bloomberg, perusahaan marketplace milik Jack Ma tersebut telah mengalami kejatuhan sejak Maret 2022, dan mencatatkan level terendah di posisi HK$71,25.

Menjelang akhir Juni 2022, Alibaba melesat di kisaran HK$118,10. Artinya, saham Alibaba telah melonjak 66,1 persen sejak tersungkur pada bulan Maret.

Pada perdagangan hari ini, Kamis (7/7/2022) saham Alibaba berada di level HK$115,80, meningkat hampir 2 persen dalam sepekan.

Bloomberg menyebutkan, para broker besar di Wall Street telah memaparkan kondisi bullish Alibaba Group dan menyatakan potensi keuntungan yang lebih besar karena kebangkitan sahamnya.

Konsensus memperkirakan laba per saham untuk 12 bulan ke depan telah terkerek lebih dari 7 persen. Sejumlah broker seperti Citigroup Inc dan Goldman Sachs Group juga telah merekomendasikan untuk membeli saham Alibaba selama seminggu terakhir.

Analis Goldman Sachs, Ronald Keung menyampaikan dalam laporannya bahwa pangsa pasar Alibaba akan pulih.

“Kami berharap pangsa pasar Alibaba secara bertahap stabil, dan tetap konstruktif pada kemampuan perusahaan untuk memperluas keseluruhan pasar yang tersedia,” ujar Keung dikutip dari Bloomberg, Kamis (7/7/2022).

Pekan lalu, manajemen Alibaba telah menguraikan sejumlah strategi bisnis kepada analis dan para mitra. Jefferies Financial Group Inc menyampaikan bahwa strategi Alibaba terkait dengan upaya mendukung konsumen di Shanghai selama lockdown akibat Covid-19.

Sejauh ini, Alibaba telah melampaui proyeksi pendapatan analis, ditunjang strategi pengendalian biaya dan inisiatif bisnis baru. Namun demikian, perseroan perlu waspada akan persaingan ketat dari JD.com Inc dan Pinduoduo Inc, serta kemungkinan permintaan pasar yang lebih lambat karena pandemi.

Investor juga diharapkan berhati-hati terhadap risiko perekonomian China menyusul infeksi Covid-19 yang meningkat di Shanghai dan kebijakan Covid Zero. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper