Bisnis.com, JAKARTA -- Simak data fluktuasi harga emas dan harga minyak selama 30 hari terakhir atau selama Juni 2022 sebagaimana dirangkum DataIndonesia.id di sini.
Selain harga emas global selama sebulan terakhir, tersedia juga perkembangan harga emas Antam, dan harga emas Pegadaian.
Harga emas dunia sepanjang bulan Juni cenderung menurun. Untuk harga emas Comex tercatat koreksi 1,8% ke level US$1.815,15 per troy ounce, begitu pula untuk emas di pasar spot juga mengalami penurunan sebesar 1,23% ke level 1.814,45 per troy ounce pada Kamis (30/06) pukul 15.30 WIB.
Terjadi tarik menarik sentimen pada emas dunia sepanjang Juni antara inflasi yang mendorong harga dan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang memudarkan kilau emas.
Inflasi menjadi salah satu faktor utama yang mendorong naiknya harga komoditas, yang juga mempengaruhi harga emas. Semakin tinggi tingkat inflasi, semakin mahal pula harga emas karena dipilih investor untuk melindungi nilai asetnya.
Penurunan harga emas dunia pun tidak sejalan dengan harga emas batangan buatan dalam negeri, atau emas Antam garapan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM).
Baca Juga
Simak data dan visualisasi selengkapnya di sini untuk harga emas global, di sini untuk harga emas Antam secara harian, dan di sini untuk harga emas Pegadaian secara harian.
Harga Minyak
Adapun harga minyak bergerak fluktuatif selama bulan Juni 2022. Berbagai faktor saling tarik menarik sehingga harga menjadi panas dingin.
Pada awal bulan, harga minyak sempat bertengger di atas US$120 per barel. Hal ini terjadi setelah Arab Saudi menaikkan harga untuk penjualan minyak mentahnya pada bulan Juli dan ini menandakan pasokan yang makin ketat.
Selain itu, munculnya kesepakatan negara-negara Uni Eropa untuk mengurangi impor minyak Rusia mulai akhir 2022 memicu reaksi kekhawatiran pasar akan makin mengetatnya pasokan minyak global.
Minyak makin memanas setelah negara-negara G7 mencapai kata sepakat untuk memberikan sanksi baru terhadap Rusia yakni dengan pembatasan harga minyak Rusia.
Kenaikan harga tersebut terhenti ketika adanya kebijakan diberlakukannya kembali lockdown di China yang memupuskan harapan akan meningkatnya permintaan dari negara konsumen utama kedua dunia tersebut.
Simak data dan visualisasi selengkapnya di sini.