Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah naik untuk sesi ketiga akibat ancaman pengetatan produksi global menjelang pertemuan OPEC+ pekan ini untuk membahas pasokan.
Mengutip Bloomberg, Selasa (28/6/2022), minyak West Texas Intermediate berjangka naik ke level US$111 per barel setelah menambahkan sekitar 5 persen selama dua sesi terakhir.
Libya menghadapi lebih banyak gangguan pada ekspornya karena krisis politik yang memburuk, sementara protes anti-pemerintah di Ekuador mengancam akan menutup produksi di bekas anggota OPEC itu.
Setiap penghentian pasokan dapat merembet ke pasar minyak global, yang telah diperas oleh rebound ekonomi dan arus perdagangan terbalik dari Rusia setelah invasi ke Ukraina. Beberapa anggota OPEC+ telah berjuang untuk memenuhi target produksi mereka tahun ini, memperburuk pengetatan.
“Kekurangan struktural masih belum terselesaikan. Lebih banyak barel harus datang ke pasar agar harga minyak bergerak secara bermakna dan terus turun,” kata Stephen Innes, Managing Partner SPI Asset Management.
Prospek tambahan pasokan dari dua produsen utama OPEC juga terlihat terbatas. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan kepada mitranya, Presiden AS Joe Biden bahwa Uni Emirat Arab dan Arab Saudi sudah memompa hampir sebanyak yang mereka bisa.
Baca Juga
Macron menyampaikan percakapannya dengan penguasa UEA Sheikh Mohammed bin Zayed. Para menteri OPEC+ berkumpul pada Kamis (30/6/2022) waktu setempat.
Harga minyak telah naik hampir 50 persen tahun ini, meskipun kekhawatiran perlambatan ekonomi global menempatkan kontrak berjangka minyak untuk kerugian bulanan pertama sejak November 2021. Namun, rentang waktu yang diperhatikan pedagang sebagai indikator penawaran dan permintaan menunjukkan tanda-tanda bullish dan menunjukkan kebutuhan mendesak untuk pasokan lebih banyak.
Lembaga Administrasi Informasi Energi mengatakan jadwal publikasi laporan status minyak yang dijadwalkan keluar minggu lalu, saat ini masih belum jelas. Waktu perilisannya akan diberikan sesegera mungkin.