Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi pasar modal Indonesia diyakini akan tetap optimal pada paruh kedua tahun ini seiring dengan potensi terkendalinya inflasi global.
Direktur & Head of Fixed Income PT BNP Paribas Asset Management Djumala Sutedja mengatakan, pasar modal Indonesia terbilang resilien di tengah sejumlah sentimen negatif seperti konflik geopolitik Rusia – Ukraina, laju inflasi global, serta pengetatan moneter yang dilakukan The Fed.
Menurutnya, salah satu indikator ketahanan pasar Indonesia telihat dari pasar saham. Sejauh ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mencatatkan return positif sekitar 6 persen secara ytd.
“Kalau dibandingkan dengan pasar lain di wilayah Asia, kita masih bersaing dengan Singapura dari sisi return,” jelasnya dalam Midyear Market Outlook 30 Tahun PT BNP Paribas AM, Selasa (28/6/2022).
Selain itu, performa pasar surat utang domestik juga terbilang cukup baik setelah The Fed meningkatkan suku bunga acuannya. Ia mengatakan, meski return obligasi pemerintah Indonesia masih negatif secara ytd, kinerja tersebut juga masih lebih baik dibandingkan dengan negara lain di Asia.
Selain itu, kondisi makroekonomi Indonesia yang optimal juga berdampak pada ketahanan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Djumala mengatakan, secara year to date, nilai tukar rupiah masih positif sekitar 4 persen.
Baca Juga
Ke depannya, Djumala optimistis ketahanan pasar Indonesia akan berlanjut hingga akhir tahun ini. Hal ini salah satunya didukung oleh munculnya tanda-tanda inflasi global, termasuk AS, telah memasuki masa puncaknya di semester I/2022.
Ia menjelaskan, jika hal tersebut terealisasi, maka pasar akan mulai mendiskon dampak sentimen hawkish The Fed. Sentimen tersebut berpotensi menurunkan agresivitas The Fed dalam menaikkan suku bunga acuan yang akan berimbas pada menurunnya tekanan di pasar Indonesia.
“Selain itu, dengan harga komoditas yang mulai menurun, tekanan inflasi juga akan semakin berkurang,” tutupnya.