Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menaksir Laju IHSG Semester II dan Katalis Positif Penunjangnya

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan laju hingga ke level 7.500 pada semester II/2022 dengan beragam katalis positif sebagai penunjang.
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan ponsel di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (6/10/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan ponsel di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (6/10/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan laju hingga ke level 7.500 pada semester II/2022 dengan beragam katalis positif sebagai penunjang.

Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora menjelaskan, pergerakan IHSG pada semester II/2022 salah satunya akan dipengaruhi oleh laju inflasi di Eropa dan AS. Ia memaparkan, inflasi tinggi di kawasan tersebut berpeluang menekan indeks global, yang nantinya akan turut berdampak pada IHSG.

Selain itu, kondisi pasar Indonesia juga akan dipengaruhi oleh langkah The Fed yang menaikkan suku bunga secara agresif. Ia memprediksi, langkah ini kemungkinan akan diikuti Bank Indonesia dalam beberapa waktu ke depan.

“Kenaikan kasus covid di Indonesia belakangan ini juga bisa menjadi sentimen negatif jangka pendek untuk IHSG,” jelasnya saat dihubungi, Jumat (24/6/2022).

Di sisi lain, kondisi perekonomian Indonesia yang optimal di tengah tekanan pasar global dapat menjadi sentimen positif untuk mengerek naik IHSG pada sisa tahun ini.

Ia memperkirakan, pergerakan IHSG di awal semester II kemungkinan akan terkoreksi ke level 6.500 – 6.600. Setelah itu, IHSG akan kembali menguat ke kisaran 7.400 – 7.500 hingga akhir tahun.

“Setelah koreksi, IHSG berpeluang menguat pada kuartal IV/2022 mendatang,” Imbuhnya.

Adapun, salah satu rekomendasi saham yang dapat dicermati investor pada paruh kedua tahun 2022 adalah sektor properti. Menurutnya, segmen ini menjadi menarik karena ditahannya suku bunga acuan BI berdampak pada rendahnya bunga KPR, sehingga membuat penjualan properti bisa naik.

Sektor lain yang patut dicermati menurut Andhika adalah konstruksi. Sama seperti properti, ia mengatakan sektor konstruksi akan turut menikmati katalis positif dari suku bunga BI yang saat ini masih ditahan.

“Hal ini akan menjadi sentimen positif untuk konstruksi, karena bunga utang tidak naik, sehingga berpeluang meningkatkan laba bersih perusahaan,” katanya.

Associate Director, Chief of Research PT Fokus Finansial Janson Nasrial mengatakan, IHSG masih berpotensi menguat hingga akhir tahun ini. Hal ini salah satunya ditopang oleh keyakinan investor terhadap pasar modal Indonesia yang tetap tinggi meski dibayangi sejumlah sentimen negatif seperti tren suku bunga global.

Ia menjelaskan, keyakinan investor terlihat dari derasnya aliran modal asing yang masuk sepanjang tahun 2022. Sejauh ini, Indonesia mencatatkan capital inflow tertinggi di Asia pasifik secara year to date, sebesar US$4.8 miliar.

“Artinya, persepsi investor asing melihat IHSG dan ekonomi indonesia sangat robust. Hanya pasar Thailand, Malaysia dan Indonesia di ASEAN yang mengalami capital inflow dari asing karena ketiga ekonomi tersebut ditopang oleh kekuatan komoditas,” jelasnya saat dihubungi, Jumat (24/6/2022).

Janson melanjutkan, tren pemulihan ekonomi di Indonesia akan menjadi salah satu katalis positif yang mendukung reli IHSG hingga akhir tahun nanti. Seiring dengan hal tersebut, ia memproyeksikan IHSG akan bergerak ke posisi 7.300 – 7.400 pada akhir tahun.

Secara terpisah, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan, pergerakan IHSG pada paruh kedua tahun 2022 masih akan dipengaruhi oleh normalisasi kebijakan moneter The Fed. Selain itu, respon kebijakan moneter Bank Indonesia terhadap langkah The Fed juga akan dicermati para pelaku pasar.

Sentimen lain dari global yang akan mempengaruhi IHSG adalah potensi resesi global akibat lonjakan inflasi yang dibarengi dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut berpeluang menekan reli IHSG hingga akhir tahun ini.

 “Menurut kami IHSG masih berpotensi koreksi dalam jangka pendek menengah, dengan range 6.600 – 7.400 sampai akhir tahun,” jelasnya.

Adapun, untuk rekomendasi saham, Janson mengatakan investor dapat mencermati saham di sektor komoditas yang merupakan penopang utama ekonomi Indonesia. Selain itu, saham – saham defensif seperti perbankan juga dapat dipantau.

Beberapa saham pilihan yang masih dapat dicermati menurut Janson adalah ADRO, UNTR, LSIP, INCO, BBRI, BBNI, dan ASII

Sementara itu, Cheril juga merekomendasikan investor untuk mencermati sektor komoditas dan energi hingga akhir tahun. Selain itu, saham di segmen konsumer primer dan finansial juga dapat menjadi opsi yang menarik.

Di sisi lain, Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan menjelaskan secara teknikal IHSG ditutup menguat seiring dengan kenaikan bursa saham Amerika Serikat setelah Jerome Powell mengatakan optimis bisa mengendalikan inflasi.

Di sisi lain, optimisme dari dalam negeri cukup terjaga setelah Bank Indonesia menetapkan suku bunga di level 3.50 persen.

Dennies memprediksi IHSG akan menguat pada perdagangan awal pekan depan. Secara teknikal, candlestick candlestick membentuk higher high dan higher low dengan stochastic membentuk goldencross mengindikasikan potensi penguatan. Di awal pekan investor akan mencermati beberapa data perekonomian dari China.

"Sentimen dari dalam negeri akan didorong oleh musim pembagian dividen yang masih berjalan," jelas Dennies. Selanjutnya, Dennies memperkirakan IHSG bergerak pada level support 6.886 dan 6.942 serta resistance 7.032 dan 7.066.

Berdasarkan Data perdagangan BEI selama periode 20 Juni sampai dengan 24 Juni 2022 ini mayoritas ditutup pada zona positif.

Peningkatan tertinggi terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 1,53 persen di level 7.042,937 dari 6.936,967 pada penutupan pekan sebelumnya. Kemudian peningkatan juga terjadi pada kapitalisasi pasar Bursa sebesar 0,93 persen menjadi Rp9.171,842 triliun dari Rp9.087,685 triliun pada penutupan minggu lalu.

Rata-rata nilai transaksi harian Bursa selama sepekan turut meningkat sebesar 0,55 persen sebesar Rp17,332 triliun dari Rp17,237 triliun pada pekan sebelumnya. Rata-rata volume transaksi Bursa mengalami perubahan sebesar 11,92 persen menjadi 24,753 miliar saham dari 28,103 miliar saham pada penutupan pekan yang lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper