Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Anjlok Tersulut Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi Global

Berdasarkan data Bloomberg, dikutip Minggu (19/6/2022), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) merosot 6,83 persen, sedangkan harga minyak Brent turun 5,58 persen.
Kapal tanker bersandar pengilangan minyak Bayonne, New Jersey, Amerika Serikat../Antara/Reuters
Kapal tanker bersandar pengilangan minyak Bayonne, New Jersey, Amerika Serikat../Antara/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak terkoreksi turun pada akhir perdagangan Jumat (17/6/2022) dan berada di jalur untuk pelemahan mingguan karena kenaikan suku bunga dari para bank sentral utama yang memicu kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi dan permintaan bahan bakar.

Berdasarkan data Bloomberg, dikutip Minggu (19/6/2022), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) merosot 6,83 persen atau 8,03 poin ke US$109,56 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent mengalami penurunan 5,58 persen atau 6,69 poin ke US$113,12 per barel.

Analis Monex Investindo futures, Faisyal, mengatakan harga minyak saat ini berada di jalur untuk penurunan mingguan pertama sejak bulan April seiring para trader yang khawatir terhadap kemungkinan perlambatan ekonomi global.

"Hal ini mengingat pengetatan kebijakan moneter yang agresif baru-baru ini dari sejumlah bank sentral utama untuk mengendalikan inflasi yang merajalela," tulisnya dalam riset, dikutip Minggu (19/6/2022).

Federal Reserve AS mengumumkan kenaikan suku bunga terbesar sejak tahun 1994, Swiss National Bank mengumumkan kenaikan suku bunga pertama dalam 15 tahun, serta Bank of England yang memutuskan untuk menaikan suku bunga yang kelima berturut-turut.

MIFX memperkirakan harga minyak berpeluang berpeluang dijual karena berpotensi turun lebih lanjut.

Sementara itu, Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan permintaan akan meningkat lebih lanjut pada 2023, tumbuh lebih dari 2,0 persen ke rekor 101,6 juta barel per hari. Optimisme bahwa permintaan minyak China akan pulih karena pelonggaran pembatasan COVID-19 juga akan mendukung harga.

Para analis mengatakan harga mendapat dorongan dari keputusan Washington untuk menjatuhkan sanksi pada perusahaan China, Emirat dan Iran yang membantu mengekspor petrokimia Iran. Selain itu, produksi minyak Libya telah turun menjadi 100.000-150.000 barel per hari, sebagian kecil dari 1,2 juta barel per hari yang terlihat tahun lalu, dan para analis tetap khawatir bahwa negara itu dapat memiliki masalah berkelanjutan dalam pengiriman minyak di tengah kerusuhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper