Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Berakhir Variatif, Pasar Bearish Diramal Bertahan Lama

Aksi jual saat ini paling mirip dengan kegagalan dotcom 2000 dan pasar bearish 1973-1974 yang diselingi oleh lonjakan harga minyak terkait dengan embargo minyak OPEC.
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat berakhir variatif pada perdagangan Selasa (14/6/2022) waktu setempat menyusul penurunan yang membuat S&P 500 ke pasar bearish pertama sejak puncak pandemi.

Berdasarakan data Bloomberg pada Rabu (15/6/2022), Dow Jones Industrial Average ditutup turun 0,50 persen atau 151,91 poin ke 30.364,83, S&P 500 jatuh 0,38 persen atau 14,15 poin ke 3.735,48, dan Nasdaq menguat tipis 0,18 persen atau 19,12 poin ke 10.828,35.

Ini adalah peristiwa bearish keempat untuk Indeks S&P 500 selama dua dekade terakhir. Sementara pasar bearish terakhir tahun 2020 sebagian besar disebut perdagangan kejutan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, yang sebelumnya pada 2000 dan 2008 membutuhkan waktu lebih lama untuk menemukan titik terendah dan kemudian memulihkan kerugian.

Menurut Peter Garnry, kepala strategi ekuitas di Saxo Bank A/S, aksi jual saat ini paling mirip dengan kegagalan dotcom 2000 dan pasar bearish 1973-1974 yang diselingi oleh lonjakan harga minyak terkait dengan embargo minyak OPEC. Itu karena kombinasi valuasi teknologi tinggi dan krisis komoditas saat ini.

“Penurunan ini dapat diperpanjang hingga 35 persen dan berlangsung lebih dari setahun sebelum tercapai,” tulis Garnry dalam sebuah catatan.

Adapun volatilitas muncul kembali di seluruh pasar pada awal minggu karena investor berlomba untuk memperkirakan kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih besar dari Federal Reserve dalam upaya mengatasi inflasi.

Pelaku pasar memperkirakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin minggu ini, dengan data CME Group menunjukkan pada Selasa bahwa pelaku pasar memperkirakan kemungkinan lebih dari 90 persen dari kenaikan 75 basis poin tersebut.

FOMC memulai pertemuan penetapan kebijakan dua hari pada Selasa, dengan keputusan dan konferensi pers dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell ditetapkan pada Rabu waktu setempat.

Ekspektasi untuk kenaikan suku bunga yang jauh lebih besar dari biasanya melonjak setelah Wall Street Journal melaporkan pada Senin bahwa kenaikan 75 basis poin di antara pejabat Fed.

Diskusi dan harga pasar dari kenaikan semacam itu telah dibangun setelah indeks harga konsumen untuk Mei 2022 yang jauh lebih panas dari perkiraan, dan setelah survei terpisah di hari-hari setelahnya menunjukkan ekspektasi inflasi jangka pendek konsumen meningkat ke level rekor tertinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg/Yahoo Finance
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper