Bisnis.com, JAKARTA - Calon emiten pertambangan PT Hillcon Tbk. akan memaparkan rencana aksi korporasi penawaran umum saham perdana atau IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dalam undangannya, manajemen Hillcon menyebutkan akan melakukan paparan publik Penawaran Umum Perdana Saham PT Hillcon Tbk. pada Rabu (15/6/2022) di Jakarta.
Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam IPO Hillcon ialah PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Mirae Asset Sekuritas, dan PT Succor Sekuritas.
Mengutip laman resmi perseroan, Hillcon Group bermula dari PT Hillconjaya Sakti yang berdiri tahun 1995, bergerak dalam bidang kontraktor pekerjaan sipil & pertambangan.
Sampai saat ini Hillcon telah menyelesaikan ratusan proyek baik besar maupun kecil dengan mengedepankan aspek keselamatan kerja, kesehatan kerja, keselamatan operasi dan lingkungan hidup.
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan terdapat 57 perusahaan yang masuk daftar rencana atau pipeline penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham OJK hingga 11 Juni 2022 dengan nilai indikasi Rp18,14 triliun. Sebanyak 8 di antaranya datang dari sektor teknologi dengan nilai indikasi Rp7,3 triliun.
Baca Juga
Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal I OJK, Djustini Septiana mengatakan, perusahaan decacorn, atau unicorn memang belum banyak yang melakukan IPO. Akan tetapi, saat perusahaan tersebut melakukan IPO, nilai penawaran mereka cukup tinggi.
"Pada saat mereka [unicorn dan decacorn] offering cukup tinggi sampai triliunan seperti GOTO, dan sebentar lagi Blibli," kata Djustini dalam media briefing OJK, Selasa (14/6/2022).
Sebelumnya, dikutip dari Bloomberg, Jumat (8/4/2022), PT Global Digital Niaga atau Blibli dan Tiket.com dikabarkan berencana melakukan merger. Langkah itu disebut-sebut menjadi bekal entitas gabungan kedua perusahaan itu untuk kemudian melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Bloomberg menyebut, IPO yang dilakukan perusahaan hasil merger Blibli dan Tiket.com dapat bernilai US$1 miliar, atau sekitar Rp14,3 triliun.
Adapun hingga akhir tahun, Djustini menuturkan belum mengetahui angka pasti untuk pipeline IPO di OJK. Namun, dia menegaskan akan cukup banyak perusahaan yang mencoba IPO.
"Jadi kita berharap semuanya bisa efektif tahun ini. tapi ini tidak bisa kami pastikan karena ketidakpastiannya cukup tinggi, dipengaruhi faktor eksternal dan internal perusahaan itu sendiri," ujar Djustini.
Adapun 49 perusahaan lainnya yang masuk dalam pipeline OJK adalah 5 perusahaan dari sektor basic materials dengan nilai indikasi Rp372,6 miliar, 7 perusahaan dari sektor consumer cyclicals dengan nilai indikasi Rp342,1 miliar, dan 13 perusahaan consumer non-cyclicals senilai Rp2,5 triliun.
Kemudian 4 perusahaan energi dengan total nilai indikasi Rp5,6 triliun, 3 perusahaan dari sektor finansial dengan nilai Rp89,8 miliar, 2 perusahaan dari sektor kesehatan dengan nilai indikasi Rp102,8 miliar. Lalu 3 perusahaan sektor industrials dengan nilai indikasi Rp129,7 miliar, 6 perusahaan sektor infrastruktur dengan nilai indikasi Rp404,4 miliar.
Selanjutnya 3 perusahaan properti dan real estat dengan nilai indikasi Rp249,3 miliar, dan 3 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik dengan nilai indikasi Rp729,7 miliar.