Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat mampu rebound dari level yang mendekati oversold pada awal perdagangan Selasa (14/6/2022). Pada pelaku pasar menguraikan kumpulan data inflasi baru menjelang rapat kebijakan Federal Reserve.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,19 persen ke level 30.576,37, sedangkan indeks S&P 500 menguat 0,38 persen ke 3.763,93 dan Nasdaq Composite menguat 0,48 persen ke 10.861,11.
Indeks S&P 500 menghentikan pelemahan yang mendorong ke pasar bearish menyusul penurunan lebih dari 20 persen dari level puncak pada Januari. Oracle Corp menguat setelah memproyeksikan bahwa pemindahan basis pelanggan ke cloud mendapatkan momentum. FedEx Corp juga naik setelah menaikkan rasio dividen.
Data ekonomi terbaru menunjukkan indeks harga produksi AS melonjak pada bulan Mei, menandakan tekanan inflasi yang terus-menerus di seluruh ekonomi yang kemungkinan akan membuat Fed secara agresif menaikkan suku bunga.
Data tersebut merupakan indikasi terbaru bahwa harga akan tetap lebih tinggi lebih lama dari yang diantisipasi sebagian besar ekonom dan bank sentral. Data ini sejalan dengan lonjakan inflasi AS yang naik meningkat ke level tertinggi dalam empat dekade.
JPMorgan Chase & Co. dan Wells Fargo & Co. termasuk di antara sejumlah bank yang sekarang mengharapkan The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pekan ini, yang akan menjadi kenaikan terbesar sejak 1994.
Baca Juga
Kekhawatiran investor terhadap stagflasi berada pada level tertinggi sejak krisis keuangan 2008, sementara optimisme pertumbuhan global telah merosot ke rekor terendah, menurut survei manajer dana bulanan Bank of America Corp.
Pendiri 22V Research Dennis DeBusschere mengatakan kenaikan suku bunga Fed dan pengetatan bank sentral global akan membawa pertumbuhan yang lebih lambat.
“Pertanyaannya adalah seberapa cepat pertumbuhan perlu melambat untuk menghasilkan tren inflasi yang ramah kebijakan. Pertumbuhan yang lebih lambat yang tidak memicu resesi tajam, akan mengarah pada imbal hasil obligasi 10 tahun yang lebih rendah dan premi risiko ekuitas yang lebih rendah,” tulis DeBusschere seperti dikutip Bloomberg, Selasa (14/6/2022).