Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bitcoin Terus Melemah, Analis: Level US$24.000 Belum Ada Apa-apanya

Analis memperkirakan harga Bitcoin bisa melemah hingga level US$19.000
Analis memperkirakan harga Bitcoin bisa melemah hingga level US$19.000./Freepik
Analis memperkirakan harga Bitcoin bisa melemah hingga level US$19.000./Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – PT TFRX Garuda Berjangka memperkirakan harga Bitcoin bisa terus turun hingga menyentuh level US$19.000 lantaran inflasi yang tinggi. 

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengungkapkan, dengan tingginya inflasi saat ini membuat dolar Amerika Serikat mengalami penguatan dan akhirnya semua mata uang termasuk mata uang kripto berguguran. 

“Bitcoin itu target saya di level US$19.000. Kalau hari ini di US$24.000 itu belum ada apa-apanya,” ungkap Ibrahim kepada Bisnis, Senin (13/6/2022). 

Berdasarkan data laman CoinMarketCap pada Senin (13/6/2022) pukul 20.00 WIB., harga Bitcoin (BTC) terpantau berada di level US$23.704,95. Di mana telah mengalami pelemahan sebesar 13,51 persen dalam 24 jam terakhir. 

Sementara dalam sepekan terakhir harga Bitcoin telah melemah sebesar 24,47 persen. 

Ibrahim menyampaikan, penurunan harga Bitcoin saat ini sangat wajar, apalagi nanti setelah bank sentral mengumumkan kenaikan suku bunga pada Kamis mendatang. 

Dia mengungkapkan, setelah pengumuman kenaikan suku bunga minggu ini, ada kemungkinan Bitcoin akan turun ke level US$20.000-an. 

Wajarnya penurunan harga mata uang kripto sendiri menurut Ibrahim dikarenakan dengan tingginya inflasi saat ini, harga dolar AS mengalami penguatan. 

“Dengan adanya penguatan indeks dolar, tidak mungkin koin ini naik,” kata Ibrahim.  

Ibrahim menjelaskan, jika bank sentral menaikkan suku bunga, investor yang melakukan investasi di luar Amerika Serikat akan kembali ke Amerika dan mereka akan berbondong-bondong membeli dolar. 

Kenaikan suku bunga pun menurut Ibrahim akan membuat dolar AS terus menguat, lantaran aktivitas ekspor dan impor global mayoritas masih menggunakan dolar. 

Oleh sebab itu, walaupun terjadi inflasi di Amerika Serikat, dolar AS akan tetap kuat karena kebutuhannya tetap tinggi secara global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper