Bisnis.com, JAKARTA - Emiten perkebunan PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) diyakini mampu melanjutkan pertumbuhan kinerja sepanjang tahun 2022.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Alroy Soeparto menjelaskan, kenaikan penjualan dan laba bersih perusahaan ditopang oleh kenaikan harga jual rata rata atau average selling price (ASP) CPO dan tingkat produksi yang lebih tinggi.
Kenaikan ASP CPO didasari oleh permintaan CPO yang meningkat untuk menggantikan produk minyak nabati lainnya seperti minyak bunga matahari, yang diproduksi oleh Rusia dan Ukraina, serta minyak kedelai.
“Di sisi lain, produksi CPO juga sempat menurun di Indonesia dan Malaysia terdampak dari faktor cuaca buruk, sehingga harga CPO meningkat,” jelasnya pada pekan lalu.
Ia melanjutkan, STAA juga memiliki tingkat efisiensi operasional yang sangat baik. Hal tersebut terlihat dari EBITDA dan total area tertanam (total planted area) yang lebih baik dibandingkan emiten perkebunan yang setara dengan STAA.
Hal tersebut, lanjutnya, adalah sentimen yang membuat STAA mampu mempertahankan kinerja keuangannya ditengah turunnya produksi CPO.
Baca Juga
Alroy melanjutkan, prospek pertumbuhan kinerja STAA ke depannya masih sangat baik. Salah satu sentimen pendukung perusahaan adalah usia tanaman yang cenderung prima sehingga perusahaan dapat mencatatkan pertumbuhan produksi.
Ia menjelaskan saat ini STAA memiliki rataan umur pohon sawit yang prima di angka 12 tahun. Sementara, penurunan hasil TBS baru akan terlihat pada kisaran umur 20 tahun.
“Rata-rata perkebunan sawit di Indonesia sendiri ada di angka 15 tahunan. Sehingga, usia produktif pohon sawit STAA masih panjang dan tentunya tingkat produktivitas pohon akan terus meningkat seiring semakin matangnya pohon,” jelasnya.
Selain itu, tren harga komoditas yang tinggi juga diprediksi masih akan berlanjut pada tahun 2022. Alroy mengatakan, tren ini juga akan terjadi pada harga CPO, yang nantinya akan berdampak pada pertumbuhan kinerja perusahaan.
Seiring dengan hal tersebut, Henan Putihrai Sekuritas menyematkan rekomendasi beli (buy) dengan target harga di level Rp1.100.
Sementara itu, Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menambahkan, prospek pertumbuhan kinerja STAA masih cukup positif sepanjang tahun 2022.
Ia menjelaskan, emiten produsen sawit seperti STAA sangat diuntungkan oleh harga kontrak CPO yang sedang tinggi dan masih di atas level 6.000 ringgit per ton.
Sentimen lain yang menopang prospek STAA adalah pencabutan larangan ekspor CPO dan produk turunannya.
“Pembukaan keran ekspor ini membuka sumber penerimaan baru atau eksisting yang sempat terhambat, sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan,” katanya.
Seiring dengan hal tersebut, Ivan menyematkan rating hold untuk saham STAA dengan target harga Rp1.250.