Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Ditutup Menguat, Catat Pekan Terbaik Sejak November 2020

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 1,76 persen ke level 33.212,96, sedangkan indeks S&P 500 naik 2,47 persen ke level 4.157,24 dan Nasdaq Composite melonjak 3,33 persen ke 121.131,13.
Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). Bloomberg/Michael Nagle
Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat ditutup menguat pada perdagangan Jumat (27/5/2022), mengakhiri pelemahan tujuh pekan berturut-turut sekaligus mencatat pekan terbaik sejak November 2020.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 1,76 persen ke level 33.212,96, sedangkan indeks S&P 500 naik 2,47 persen ke level 4.157,24 dan Nasdaq Composite melonjak 3,33 persen ke 121.131,13.

Indeks S&P 500 menghapus pelemahan sepanjang Mei dan membukukan kenaikan mingguan terbesar sejak November 2020.  Bank of Amerika Corp mencatat lonjakan capital inflow ke pasar saham dengan laju terbesar dalam 10 pekan terakhir.

Indeks Nasdaq melonjak, ditopang oleh saham-saham kapitalisasi jumbo seperti Apple Inc. dan Tesla Inc. yang naik lebih dari 4 persen. Adapun Dell Technologies Inc. melonjak setelah mencatat kinerja yang melampaui perkiraan.

Volatilitas mencengkeram pasar tahun ini di tengah kekhawatiran bahwa bank sentral AS yang hawkish akan mengarahkan ekonomi ke dalam resesi. Analis masih berbeda pendapat mengenai apakah pasar saham telah menyentuh titik terendahnya.

Morgan Stanley dan Bank of America baru-baru ini mengatakan mungkin masih ada pelemahan lanjutan, sementara BlackRock Investment Institute memangkas rating pasar saham negara berkembang menjadi netral. Adapun analis Citigroup Inc. merekomendasikan kembali ke pasar saham, terutama di Eropa dan pasar negara berkembang, dengan valuasi yang menarik.

Kepala analis ekuitas AS di RBC Capital Markets, Lori Calvasina, mengatakan cukup masuk akal pada titik ini untuk mulai melakukan perburuan saham dengan harga murah dan valuasi yang mnarik.

“Jika ada sentimen yang bisa membuat orang lebih nyaman dengan narasi fundamental ke depan, saya pikir saham cukup murah untuk dibeli. Apakah valuasi menjadi alasan? Tidak, belum," ungkap Lori, dikutip Bloomberg, Sabtu (28/5/2022).

Analis di Credit Suisse Group AG dan Bank of America Corp memperingatkan saham-saham undervalued atau value stock mulai kehilangan daya tariknya setelah imbal hasil obligasi mencapai puncaknya dan pemulihan ekonomi terhenti.

Saham-saham tersebut sebagian besar telah terlindung dari aksi jual pasar tahun ini, yang dipimpin oleh saham industri dan teknologi, karena investor beralih ke ekuitas yang lebih murah untuk mencari perlindungan di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga.

Sebelumnya, Departemen Perdagangan AS mencatat pembelian barang dan jasa yang disesuaikan laju inflasi meningkat 0,7 persen pada April dari bulan sebelumnya.

Sementara itu, Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (personal consumption expenditure/PCE), yang digunakan Federal Reserve untuk target inflasinya, naik 0,2 persen dari bulan sebelumnya dan naik 6,3 persen dari April 2021 (year-on-year/yoy). Indeks harga PCE inti naik 0,3 persen bulan ini.

Perkiraan median dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom memperkirakan kenaikan 0,7 persen dalam pengeluaran yang disesuaikan dengan inflasi dari bulan sebelumnya dan 6,2 persen secara  yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper