Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan PT Timah (TINS) Hanya Bagikan 35 Laba untuk Dividen

Selain TINS, emiten tambang BUMN lain seperti ANTM dan PTBA membagikan dividen jumbo, masing-masing Rp930 miliar atau 50 persen dari laba dan Rp7,91 triliun atau 100 persen dari laba.
Salah satu fasilitas di Kampong Reklamasi Selinsing yang dikelola PT Timah Tbk merupakan dermaga pada danau buatan. Fasilitas tersebut berdiri diatas bekas tambang milik perusahaan yang beroperasi pada 2010 -2013 lalu./Istimewa
Salah satu fasilitas di Kampong Reklamasi Selinsing yang dikelola PT Timah Tbk merupakan dermaga pada danau buatan. Fasilitas tersebut berdiri diatas bekas tambang milik perusahaan yang beroperasi pada 2010 -2013 lalu./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — PT Timah Tbk. (TINS) membagikan dividen Rp455 miliar  atau 35 persen dari laba bersih tahun buku 2021.

Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, Abdullah Umar Baswedan mengatakan pembagian dividen dilaksanakan 30 hari setelah RUPS, yang jadwalnya akan diterbitkan menyusul. 

Adapun, Direktur Utama TINS Achmad Ardianto membeberkan alasan TINS hanya membagi dividen dari 35 persen laba, lebih sedikit dari emiten tambang lainnya yang membagikan dividen jumbo dengan porsi mayoritas dari seluruh labanya tahun lalu.

"Pertimbangannya karena ada kebutuhan untuk ke pemegang saham. Maunya semua ditahan untuk modal kerja karena Timah ini kan industri padat modal," ujarnya, saat ditemui Rabu (25/5/2022).

Seperti diketahui, emiten tambang BUMN lain seperti ANTM dan PTBA membagikan dividen jumbo, masing-masing Rp930 miliar atau 50 persen dari laba dan Rp7,91 triliun atau 100 persen dari laba.

Dalam Laporan Keuangan Konsolidasi yang telah diaudit tahun buku 2021, TINS berhasil membukukan kenaikan laba bersih 2021 sebesar 483 persen menjadi Rp1,3 triliun dibandingkan tahun 2020 yang rugi sebesar Rp341 miliar. 

Lonjakan laba bersih ditopang oleh penurunan beban pokok pendapatan. Sepanjang 2021, beban pokok pendapatan TIMAH turun 21 persen menjadi Rp11,17 triliun dibandingkan tahun 2020 yang sebesar Rp14,09 triliun.

Berbanding lurus dengan laba bersihnya, EBITDA Perseroan naik 150 persen menjadi Rp2,90 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp1,16 triliun. Berkurangnya beban finansial akibat “deleveraging strategy” dan kemampuan Perseroan memilih sumber pendanaan berbiaya rendah menjadi salah satu faktor pendukungnya.

Selain itu, rasio profitabilitas, yaitu Net Profit Margin (NPM) menjadi 9 persen dari 2020 minus 2 persen, dan Gross Profit Margin (GPM) menjadi 24% dari 2020 hanya 7 persen. Adapun, rasio solvabilitas nampak dari Debt to Equity Ratio (DER) menjadi 82 persen dari 2020 mencapai 142 persen. Kas dan setara kas menunjukkan kenaikan signifikan menjadi Rp1,78 triliun dari tahun sebelumnya Rp807 miliar. 

Produksi bijih timah pada 2021 sebesar 24.670 Ton Sn atau turun 38 persen dari tahun sebelumnya sebesar 39.757 Ton Sn, di mana sebesar 46 persen berasal dari penambangan darat, dan 54 persen berasal dari penambangan laut. 

Pada tahun yang sama, produksi logam timah hanya mencapai 26.465 MTon atau turun 42 persen dari tahun 2020 sebesar 45.698 MTon. Dengan rerata harga jual logam timah yang melesat 89 persen menjadi US$32.619, Perseroan membukukan penjualan logam timah sebesar 26.602 MTon atau turun 52 persen dari tahun sebelumnya sebesar 55.782 MTon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper