Bisnis.com, JAKARTA — Tingkat suku bunga surat utang negara atau SUN diperkirakan dapat naik hingga 8,42 persen sebagai imbas dari pengetatan moneter secara global. Hal tersebut meningkatkan kebutuhan APBN untuk membayar kupon kepada para investor.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Rapat Kerja Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (Raker Banggar DPR) terkait persetujuan tambahan kebutuhan anggaran dalam merespons kenaikan harga komoditas. DPR kemudian menyetujui penambahan dana dalam APBN 2022.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa terdapat perubahan asumsi ekonomi makro dalam APBN 2022 teranyar sebagai imbas dari kondisi ekonomi global. Misalnya, asumsi harga minyak atau Indonesia crude price (ICP) naik menjadi US$100 per barel, dari sebelumnya US$63 per barel.
Asumsi tingkat suku bunga SUN 10 tahun yang semula 6,8 persen naik menjadi 6,85 persen—8,42 persen. Rata-rata suku bunga dalam pelaksanaan lelang terakhir pada 11 Mei 2022 adalah 6,73 persen, semakin mendekati asumsi awal APBN 2022.
"Adanya risiko pengetatan moneter global diperkirakan akan mendorong tingkat suku bunga SUN 10 tahun pada kisaran 6,85 persen—8,42 persen," ujar Sri Mulyani pada Kamis (19/5/2022).
Dia pun menyebut bahwa pengetatan moneter di Amerika Serikat dan secara global mengerek asumsi nilai tukar rupiah ke 14.300—14.700. Hingga 11 Mei 2022, rata-rata nilai tukar rupiah berada di 14.360.
Sri Mulyani menyebut bahwa kondisi ekonomi global memberikan tekanan yang cukup besar bagi perekonomian. Namun, dia tetap meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap sesuai target dan konsolidasi fiskal dapat berjalan dengan baik.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap dijaga pada kisaran 5 persen, dengan outlook 4,8 persen—5,5 persen," kata Sri Mulyani.