Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada akhir perdagangan Jumat (13/5/2022) meskipun masih mengalami pelemahan secara mingguan.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 1,47 persen ke 32.196,66, sedangkan indeks S&P 500 ditutup naik 2,39 persen ke level 4.023,89 dan Nasdaq Composite melejit 3,82 persen menuju 11.805.
Pasar saham mendapat dorongan setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral tidak berencana menaikkan suku bunga acuan lebih dari 50 basis poin dalam satu pertemuan untuk saat ini.
Pernyataan Powell tersebut meredakan kekhawatiran pasar, sehingga memicu rebound sejumlah aset-aset berisiko. Terlepas dari lonjakan hari ini, banyak pelaku pasar belum yakin bahwa pasar saham telah mencapai titik terendah setelah aksi jual yang memangkas kapitalisasi Wall Street hingga US$10 triliun dalam 18 minggu.
Sebaliknya, mereka mengatakan investor masih harus bersiap menghadapi volatilitas karena kemampuan The Fed untuk melawan tekanan harga tanpa menyebabkan hard landing mungkin bergantung pada faktor-faktor di luar kendali bank sentral.
Meskipun menguat hari ini, indeks S& masih mencatatkan pelemahan mingguan enam pekan berturut-turut, sekaligus penurunan beruntun terpanjang sejak Juni 1011. Indeks Nasdaq mendapat dorongan kuat dari raksasa-teknologi seperti Apple Inc., Microsoft Corp. dan Amazon.com Inc.
Baca Juga
Selama pekan yang penuh gejolak di pasar keuangan, sejumlah pihak mengemukakan prospek saham setelah aksi jual yang kuat. Peter Oppenheimer dari Goldman Sachs Group Inc. mengatakan pada Selasa bahwa pelemahan menciptakan peluang aksi beli.
Kepala investasi UBS Global Wealth Management Mark Haefele mengatakan pasar saham cenderung lebih tenang hari ini karena banyak riak spekulatif yang telah menghilang.
“Jadi, kami menyarankan agar tidak keluar dengan tergesa-gesa. Skenario utama kami juga adalah bahwa resesi akan dapat dihindari selama 12 bulan ke depan. Namun, investor harus terus bersiap menghadapi tingkat volatilitas yang tinggi,” ungkap Mark, seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (14/5/2022).