Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gak di China Gak di Indonesia, Saham Sektor Teknologi Sama-Sama Ambles!

Di Indonesia, indeks IDXTECHNO anjlok 4,61 persen, sedangkan indeks Hang Seng Tech anjlok 3,22 persen.
Seorang pejalan kaki berjalan melewati papan ticker elektronik yang menampilkan angka harga saham di luar kompleks Exchange Square di Hong Kong./ Justin Chin - Bloomberg
Seorang pejalan kaki berjalan melewati papan ticker elektronik yang menampilkan angka harga saham di luar kompleks Exchange Square di Hong Kong./ Justin Chin - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Tekanan terhadap saham-saham di sektor teknologi tersebar di Asia, termasuk di bursa saham China dan Indonesia.

Di Tanah Air, indeks sektor teknologi atau IDXTECHNO ditutup melemah 4,61 persen atau 380,88 poin ke level 7.888,61 pada akhir perdagangan Selasa (10/5/2022). Penurunan ini lebih dalam dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup terkoreksi 1,3 persen ke 6.819,79.

Sejumlah saham emiten teknologi anjlok tajam hari ini, di antaranya PT Wir Asia Tbk (WIRG) yang anjlok 6,83 persen, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) yang melemah 6,81 persen. Adapun saham PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) anjlok 6,74 persen dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. terkoreksi 6,3 persen.

Pelemahan saham-saham sektor teknologi juga terjadi di bursa saham China, yang baru dibuka kembali hari ini setelah liburan.

Berdasarkan data Bloomberg, Indeks Hang Seng Tech anjlok 3,22 persen ke level 3.906,43, setelah sempat anjlok hingga 7 persen pada awal perdagangan. Adapun indeks Hang Seng ditutup melemah 1,84 persen.

Saham teknologi yang terdaftar di bursa Hong Kong juga terkoreksi tajam. JD.com Inc. ditutup anjlok 8,21 persen, sedangkan Alibaba group Holding Ltd. Ditutup terkoreksi 4,81 persen.

Pelemahan sektor teknolgi ini mengikuti serangkaian aksi jual setelah bank sentral AS, Federal Reserve, menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pekan lalu.

Turut menambah tekanan terhadap pasar saham China, pemerintah setempat tidak menunjukkan tanda-tanda melonggarkan kebijakan ketat Zero-Covid yang telah merugikan bisnis, dan ada indikasi yang berkembang bahwa tekanan tersebut akan berdampak pada ekonomi global.

Kepala riset CEB International Investment Corp Banny Lam mengatakan data ekonomi China yang akan dirilis dalam beberapa minggu mendatang bisa sangat buruk mengingat adanya lockdown Covid-19.

"Situasinya mungkin tenang di Shanghai pada Mei atau Juni, tetapi pengendalian Covid membuat investor khawatir. Jalan akan tetap fluktuatif,” ungkap Lam, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (10/5/2022).

Sementara itu, regulator China semakin memperketat pengawasan terhadap industri internet selama akhir pekan, degan melarang pengguna yang lebih muda mengirim hadiah virtual di platform live streaming.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper