Bisnis.com, JAKARTA – Wall Street merosot tajam pada akhir pekan ini karena saham Amazon jatuh menyusul laporan kuartalan yang suram dan lonjakan inflasi bulanan terbesar sejak 2005 menakuti investor yang sudah khawatir tentang kenaikan suku bunga.
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 939,18 poin atau 2,77 persen, menjadi menetap di 32.977,21 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 155,57 poin atau 3,63 persen, menjadi berakhir di 4.131,93 poin. Indeks Komposit Nasdaq terpuruk 536,89 poin atau 4,17 persen, menjadi ditutup pada 12.334,64 poin pada Sabtu (30/4/2022).
Semua 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor konsumen non-primer dan real estat masing-masing tergelincir 5,92 persen dan 4,9 persen, memimpin kerugian. Layanan teknologi dan komunikasi masing-masing turun 4,14 persen dan 3,58 persen, juga di antara kelompok dengan kinerja terburuk.
Indeks S&P 500 mencatat penurunan satu hari terbesar sejak Juni 2020. Penurunan Nasdaq adalah yang terbesar sejak September 2020. Untuk minggu ini, S&P 500 kehilangan 3,3 persen, Nasdaq merosot 3,9 persen dan Dow turun 2,5 persen.
Amazon.com Inc terjun14,05 persen dalam penurunan satu hari tertajam sejak 2006, meninggalkan saham yang dipegang secara luas di dekat posisi terendah dua tahun. Kamis (28/4/2022) malam, raksasa e-commerce itu menyampaikan kuartal dan prospek yang mengecewakan, dibanjiri oleh biaya yang lebih tinggi.
Apple Inc, perusahaan paling berharga di dunia, terpuruk 3,66 persen setelah prospek mengecewakan menutupi rekor laba dan penjualan kuartalan.
Baca Juga
Hasil suram dan kekhawatiran tentang pengetatan kebijakan moneter agresif oleh Federal Reserve telah memukul saham teknologi dan pertumbuhan megacap bulan ini.
The Fed akan bertemu minggu depan, dengan para pedagang bertaruh pada kenaikan suku bunga 50 basis poin untuk memerangi lonjakan inflasi. Menjelang akhir pekan dan pertemuan Fed minggu depan.
"Orang-orang membersihkan geladak. Hasil mengecewakan dari Apple dan Amazon dan beberapa perusahaan lain menetapkan panggung kemarin untuk hari ini menjadi lemah dan dipercepat saat kami mengakhiri hari ini," kata Peter Tuz, Presiden Chase Investment Counsel di Charlottesville, Virginia, dikutip dari Antara (30/4/2022).
Nasdaq telah kehilangan sekitar 13 persen pada April, kinerja bulanan terburuk sejak krisis keuangan global pada 2008. S&P 500 sejauh ini telah turun 13 persen pada tahun 2022, penurunan empat bulan tertajam yang dimulai sejak tahun 1939.
Menambah kekhawatiran di Wall Street, data menunjukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi - ukuran inflasi yang disukai Fed - melonjak 0,9 persen pada Maret setelah naik 0,5 persen pada Februari.
Tanda-tanda pengetatan kebijakan moneter yang agresif, perang Ukraina dan penguncian COVID di China telah memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi. Data pada Kamis (28/4/2022) menunjukkan ekonomi AS secara tak terduga mengalami kontraksi pada kuartal pertama.
Exxon Mobil Corp tergelincir 2,24 persen setelah mengalami penurunan nilai 3,4 miliar dolar AS karena keluar dari Rusia. Chevron Corp merosot 3,16 persen setelah laba kuartal pertamanya kurang memuaskan.
Musim laporan laba kuartal pertama secara keseluruhan sejauh ini lebih baik dari yang diharapkan. Hampir setengah dari perusahaan S&P 500 telah melaporkan hingga Kamis (28/4/2022) dan 81 persen dari mereka telah melampaui ekspektasi Wall Street. Biasanya, hanya 66 persen yang mengalahkan perkiraan, menurut data Refinitiv.
Volume transaksi di bursa AS mencapai 12,4 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 11,8 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.