Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Ditutup Fluktuatif, Imbas Perang Rusia-Ukraina dan China

Harga minyak ditiutup beragam pada akhir perdagangan Sabtu pagi, karena para pedagang menilai risiko oleh kekhawatiran pasokan Rusia akan terus terganggu perang di Ukraina.
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTa – Harga minyak ditiutup beragam pada akhir perdagangan Sabtu pagi, karena para pedagang menilai risiko oleh kekhawatiran pasokan Rusia akan terus terganggu perang di Ukraina.

Di sisi lain China tidak menunjukkan tanda-tanda melonggarkan penguncian COVID-19. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni naik 1,75 dolar atau 1,6 persen, menjadi menetap di 109,34 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juni kehilangan 67 sen atau 0,6 persen, menjadi ditutup di 104,69 dolar AS per barel.

Untuk minggu ini, WTI dan patokan minyak mentah global masing-masing naik 2,6 persen dan 2,5 persen, berdasarkan kontrak bulan depan dan membukukan kenaikan bulanan kelima berturut-turut. Brent mengakhiri bulan dengan kenaikan 1,3 persen, sementara WTI berakhir melonjak 4,4 persen.

Reaksi pasar di atas terjadi setelah kenaikan tiga hari berturut-turut untuk minyak berjangka, dengan kontrak minyak mentah AS dan Brent masing-masing naik 3,3 persen dan 2,2 persen pada Kamis (28/4/2022).

"Kenaikan sejak kemarin disebabkan oleh meningkatnya kemungkinan embargo minyak Uni Eropa terhadap Rusia sekarang karena Jerman telah berhenti menentang tindakan seperti itu, seperti yang dilaporkan media kemarin," Carsten Fritsch, analis energi di Commerzbank Research, mengatakan dalam sebuah catatan pada Jumat (29/4/2022), dikutip dari Antara.

Perwakilan Jerman untuk lembaga-lembaga Uni Eropa mencabut keberatan atas embargo penuh pasokan Rusia asalkan Berlin diberi cukup waktu untuk menemukan pasokan alternatif, The Wall Street Journal melaporkan pada Kamis (28/4/2022), mengutip pejabat pemerintah.

Berita itu menghidupkan kembali kekhawatiran atas pasokan yang ketat. Sementara itu, pedagang terus mempertimbangkan dampak COVID-19 terhadap prospek permintaan bahan bakar karena ada faktor permintaan bearish yang membayangi. China tidak menunjukkan tanda-tanda pelonggaran tindakan penguncian yang telah memukul ekonomi dan rantai pasokan globalnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper