Bisnis.com, JAKARTA – PT Trijaya Putra Mulia terus mengurangi kepemilikan saham pada PT First Media Tbk. (KBLV).
Kepemilikan saham Trijaya Putra Mulia terhadap KBLV kini hanya tinggal 9,20 persen atau setara 160,27 juta saham. Dari posisi sebelumnya sebesar 13,05 persen atau sebanyak 227,27 juta saham.
Presiden Direktur Trijaya Putra Mulia Eddy Harsono menyampaikan perseroan baru saja menjual 67 juta saham perusahaan telekomunikasi itu. Adapun penjualan dilakukan di posisi Rp225 per saham pada 28 April 2022.
Menurutnya tujuan dari transaksi saham itu adalah divestasi atau pengurangan kepemilikan pada KBLV. Dengan demikian setidaknya perseroan mengantongi dana Rp15,07 miliar.
Akan tetapi bila ditelusuri lebih jauh lagi, Trijaya Putra sudah mulai mengurangi hampir separuh kepemilikannya selama tahun berjalan. Pasalnya pada awal tahun perseroan memeliki 39,71 persen saham atau setara 691,77 juta saham.
Semenjak itu perseroan kerap berusaha melepas saham KBLV hingga tinggal tersisa 13,05 persen saja.
Baca Juga
Pelepasan saham KBLV itu bersamaan dengan rencana PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang melakukan Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat (PJB) terhadap sejumlah 66,03% saham PT Link Net Tbk (LINK).
Emiten telekomunikasi itu akan mengakuisisi saham milik Asia Link Dewa Pte Ltd (ALD) dan PT First Media Tbk (KBLV) sebagai pemilik LINK. Harga pembelian yang telah disepakati senilai Rp4.800 per saham biasa pa atau sekitar Rp 8,72 triliun. Ini berarti bernilai sekitar Rp13,21 triliun untuk 100,00 persen keseluruhan saham dengan hak suara yang telah disetor penuh dalam Link Net.
Berdasarkan ketentuan PJB, Axiata Investments Sdn Bhd (AII), anak perusahaan yang secara tidak langsung dimiliki oleh Axiata, dan XL Axiata akan memiliki kepemilikan saham masing-masing 46,03 persen dan 20,00 persen dari gabungan keseluruhan saham sebesar 66,03 persen dalam Link Net yang dimiliki oleh oleh ALD dan FM. AII kemudian akan diwajibkan untuk melakukan penawaran tender wajib (MTO) untuk membeli 33,97 persen saham LINK yang tersisa sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia.
Rencana Pengambilalihan dan Rencana MTO diharapkan akan selesai pada kuartal III/2022 dan akan menyesuaikan dengan perkembangan pemenuhan persyaratan untuk penyelesaian transaksi. Termasuk perolehan persetujuan dari regulator dan persetujuan dari pemegang saham. Rencana Transaksi ini akan didanai melalui kombinasi dana internal dan atau pinjaman bank, yang proporsinya akan ditentukan kemudian.