Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah entitas afiliasi BUMN sudah mengumumkan ketertarikannya melepas sahamnya ke publik melalui proses initial public offering (IPO) tahun ini. Siapa sajakah calon emiten tersebut?
Menteri BUMN Erick Thohir menyebut sejumlah BUMN dan anak usahanya akan melakukan initial IPO di pasar modal.
"Untuk 2022, kami akan go public Geothermal energy, kita tahu dorongan dunia mengenai green energy, green economy. Kita tetap mesti ikut globalisasi tetapi bukan berarti kita membuka sumber daya alam sebesar-besarnya untuk pertumbuhan negara lain, tetapi kita prioritaskan untuk pertumbuhan negara kita," jelasnya beberapa waktu lalu.
Di antara BUMN dan entitas afiliasinya, sejumlah perusahaan yang sudah menyatakan minat dan tengah mempersiapkan diri untuk IPO di antaranya terdapat PT Pertamina Geothermal Energy, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), PT Pupuk Kaltim, PT Perkebunan Nusantara III (Persero), hingga PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).
PT Pertamina Geothermal Energy
Pertamina Geothermal Energy merupakan cucu pertamina yang bergerak di bidang energi panas bumi, rencananya melakukan IPO pada kuartal II/2022. PGE terang Erick bakal fokus sebagai alternatif bagian dari green electric eco lifestyle untuk listrik, menjadi bagian dari transformasi 15 gigawatt PLN ke energi terbarukan.
Baca Juga
Rencananya, registrasi dimulai pada Maret 2022, kemudian Juni 2022 mulai tercatat di lantai bursa. Dana yang dibutuhkan US$400--500 juta. Untuk bisa kembangkan 672 megawatt tambahan dalam waktu 3-4 tahun mendatang.
Kemudian, PGE bakal mengembangkan sejumlah potensi bisnis seperti green hidrogen, mengembangkan juga rencana green industry cluster, dengan potensi pengembangan beberapa lokasi di Jawa Barat. Pertamina sebagai induk PGE juga bakal melepas 20--30 persen kepemilikan sahamnya.
Kebutuhan dana ini sebagai bagian dari pengembangan penambahan 20 gigawatt sumber energi Indonesia pada 2030. Targetnya, dari total penambahan tersebut 2 gigawatt diantaranya berasal dari EBT.
PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi yang tersebar di Sumatera, Jawa, Bali dan Sulawesi Utara, dimana dalam wilayah kerja tersebut telah terbangkitkan listrik panas bumi sebesar 1877 MW, yang terdiri dari 672 MW yang dioperasikan sendiri (own operation) oleh PGE dan 1205 MW dikelola melalui Kontrak Operasi Bersama(Joint Operation Contract).
Kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkontribusi sebesar sekitar 82% dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi pengurangan emisi CO2 sebesar sekitar 9,5 juta ton CO2 per tahun.
PGE sendiri merupakan entitas anak usaha dari sub holding pertamina, PT Pertamina Hulu Energi yang sahamnya 100 persen dipegang oleh Pertamina.
PT ASDP Indonesia Ferry (Persero)
Direktur Keuangan, Teknologi Informasi, dan Manajemen Risiko ASDP Indonesia Ferry Djunia Satriawan menjelaskan pencana persiapan IPO ASDP sudah berjalan sejak tahun 2021 dan saat ini masih sesuai jalurnya untuk dapat dilaksanakan pada 2022.
"Saat ini rencana IPO ASDP tetap masih berproses, dan diharapkan IPO dapat terealisasi pada kuartal keempat tahun 2022," paparnya.
Jadwal pelaksanaan IPO tersebut, lanjutnya, dengan tetap memperhatikan kondisi pasar, serta strategi dan pengambilan waktu yang tepat, mengingat terdapat beberapa entitas BUMN yang akan juga masuk ke pasar modal.
Djunia memproyeksikan perolehan dana dari IPO sekitar Rp3,5-–Rp4 triliun yang akan digunakan untuk melaksanakan bagian dari strategi ASDP dalam rangka menjadi perusahaan kelas dunia.
Harapannya, IPO akan memberikan kemampuan keuangan berkesinambungan secara mandiri dan efisien, sehingga menjadikan ASDP memimpin di bidang usahanya termasuk dalam pasar modal pada sektornya.
ASDP menjalankan dua bisnis inti yakni pengelolaan pelabuhan penyeberangan dan operator kapal penyeberangan.
Sebagai operator kapal, ASDP memegang pangsa pasar 29 persen dan terbesar di Indonesia. Adapun, sebagai pengelola pelabuhan ASDP mengelola 34 pelabuhan penyeberangan secara terintegrasi.
PT Pupuk Kaltim
Sinyal melantai di bursa disampaikan Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi mengingat kebutuhan investasi perseroan hingga US$2,5 miliar atau setara Rp35,9 triliun dalam 5 tahun ke depan.
Saat ini kepemilikan saham PKT 99,99 persen dipegang oleh holding BUMN pupuk yakni PT Pupuk Indonesia (Persero).
Rahmad pun mengatakan untuk mengembangkan pabrik Bintuni perseroan setidaknya membutuhkan hingga US$2 miliar dan sisanya untuk pengembangan pabrik perseroan di Bontang, Kalimantan Timur.
Adapun untuk sumber dana, Rahmad menyebut senilai US$500 juta bisa dicukupi dari kas perseroan. Sementara untuk US$2 miliar ini yang masih dipertimbangkan mengingat jika bersumber dari hutang dinilai akan sangat beresiko.
"Jadi kami buka berbagai peluang mungkin strategic partnership atau IPO yang tentu terus kami jajaki," ujarnya.
Rahmad merinci, di Bintuni perseroan akan memproduksi Metanol dengan kapasitas 1 juta ton per tahun dan pupuk Urea dengan kapasitas 1,15 juta ton per tahun.
Pupuk Kaltim merupakan produsen pupuk urea terbesar di Indonesia dengan rata-rata produksi urea 3,43 juta ton per tahun. Selain urea, Pupuk Kaltim juga memproduksi amoniak 2,74 juta ton per tahun, dan memproduksi pupuk NPK 350.000 ton per tahun.
PKT menempati lahan seluas 443 hektar di Kota Bontang, Kalimantan Timur dengan fasilitas produksi yang terdiri dari 5 pabrik Amoniak, 5 pabrik Urea, 3 pabrik NPK Blending, 2 pabrik NPK Fusion, 1 pabrik Boiler Batu Bara, unit pengantongan, serta unit pergudangan.
PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan holding BUMN perkebunan terutama komoditas kelapa sawit dan karet. Sebagai perusahaan induk (holding company) BUMN di sektor perkebunan, perseroan saat ini menjadi pemegang saham mayoritas 13 perusahaan perkebunan yakni PTPN I sampai dengan PTPN XIV, perusahaan di bidang pemasaran produk perkebunan yaitu PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT KPBN) serta perusahaan di bidang riset dan pengembangan komoditas perkebunan yaitu PT Riset Perkebunan Nusantara (PT RPN).
PTPN III menargetkan bakal melaksanakan penawaran umum perdana atau initial public offering(IPO) pada akhir tahun. Rencana ini berbekal kinerja berbalik laba hingga 5 kali lipat pada 2021.
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani menuturkan perbaikan kinerja tersebut merupakan buah dari peningkatan pendapatan serta restrukturisasi utang perseroan.
Berbekal kinerja baik, Ghani menargetkan PTPN III dapat melantai di pasar modal pada tahun ini, menyusul sejumlah BUMN dan afiliasinya yang sudah lebih dulu berada di lantai bursa.
“Kami akan terus bertransformasi dan berupaya meningkatkan kinerja melalui berbagai inisiatif strategis dan aksi-aksi korporasi lainnya salah satunya dengan melantai di bursa pada akhir tahun ini," jelasnya.
Saat ini Perseroan secara konsolidasian merupakan salah satu perusahaan perkebunan terbesar di dunia berdasarkan total lahan konsesi perkebunan.
Produk komoditas Perseroan mencakup komoditas anak perusahaan cukup terdiversifikasi antara lain kelapa sawit, karet, tebu, teh, kopi, tembakau dan kakao, serta produk hilirnya masing-masing.
Berdasarkan data per Desember 2021, areal tanaman PTPN III (Persero) dan Anak Perusahaan didominasi oleh tanaman kelapa sawit seluas 565 ribu ha, tanaman karet seluas 138 ribu ha, teh 30 ribu ha serta areal tebu sendiri seluas 52 ribu ha. Perseroan saat ini tengah melakukan upaya-upaya transformasi bisnis baik di sektor budidaya tanaman perkebunan (on-farm), pengolahan tanaman perkebunan (off-farm) serta unit-unit pendukungnya guna meningkatkan kinerja maupun produktivitas dan efisiensi bisnis.
PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum)
Rencana IPO Inalum diungkapkan pertama kali oleh Direktur Utama Mind.Id induk BUMN pertambangan akhir tahun lalu.
Holding BUMN Tambang MIND.ID akan melepas sejumlah kepemilikan sahamnya pada PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), segera setelah pemisahan fungsi holding BUMN dan BUMN operator tambang dilakukan pada kuartal IV/2021 atau kuartal I/2022.
Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak menjelaskan aksi korporasi ini masuk aksi pemegang saham pengendali yakni Menteri BUMN. Proses pemisahan MIND.ID dan Inalum operating sudah di Kemenkeu, dan surat dari Menteri BUMN ke Menkeu dan dalam proses penerbitan PP terkait ini.
"Kalau pemisahan bisa tahun ini atau awal tahun depan, diharapkan IPO bisa di akhir 2022," ungkapnya dalam rapat dengar pendapat di Komisi VII DPR, Senin (27/9/2021).
Dia melanjutkan Inalum akan fokus ke bisnis lain berbasis aluminium, sementara MIND.ID menjadi holding strategis dari BUMN tambang dan menjadi bentuk akhir dari holdingisasi BUMN pertambangan. IPO ini secara umum untuk pendanaan mendukung strategi pengolahan bauksit menjadi alumina dan aluminium.