Bisnis.com, JAKARTA - Emiten petrokimia grup Barito Putra milik taipan Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, (TPIA) merilis laporan keuangan konsolidasi tidak diaudit per 31 Maret 2022. Kinerjanya tergerus beban harga minyak yang melonjak akibat perang Rusia-Ukraina.
Direktur Chandra Asri Suryandi menyampaikan Chandra Asri telah memberikan hasil yang cukup baik pada kuartal I/2022, terlepas dari lingkungan makro yang menantang.
"Kinerja kami selama kuartal pertama tahun 2022 sebagian besar dipengaruhi oleh perang Rusia-Ukraina. Ketegangan geopolitik memicu harga minyak mentah melonjak hingga lebih dari US$100 per barel, yaitu sekitar 25 persen lebih tinggi kuartal-ke-kuartal vs kuartal IV/ 2021, dan sekitar 66 persen lebih tinggi vs kuartal II/2021," katanya dalam keterangan resmi, Kamis (28/4/2022).
Pendapatan Chandra Asri meningkat 13 persen menjadi US$677,7 juta dari US$598,4 juta pada kuartal I/2021 sebagai akibat dari harga jual rata-rata yang lebih tinggi di semua produk.
Namun, beban pokok pendapatan meningkat 45 persen menjadi US$652,7 juta dari US$450,8 juta pada pada kuartal I/2021 sebagian besar disebabkan oleh harga bahan baku rata-rata yang lebih tinggi dengan Naphtha pada US$856 per ton dibandingkan dengan rata-rata US$534 per ton pada kuartal I/2021.
Hal ini dilatarbelakangi oleh kenaikan 66 persen di harga minyak mentah Brent selama kuartal I/2022 dengan rata-rata US$101 per barel berbanding rata-rata US$61 per barel kuartal I/2021.
Baca Juga
Selain itu, margin petrokimia yang lebih ketat dan lingkungan makro yang menantang mengakibatkan EBITDA Chandra Asri turun menjadi US$24,1 juta dari US$146.7 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Sebagai hasilnya, selama kuartal I/2022 Perseroan mencatat rugi bersih sebesar US$11,1 juta dibandingkan dengan US$84.5 juta pada kuartal I/2021.
Di sisi lain, permintaan yang melemah di China karena ke lockdown Covid-19 juga menyebabkan pengetatan spread petrokimia, terutama untuk polyolefins.