Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MNCN dan SCMA Hadapi Tantangan TV Digital, Begini Dampaknya ke Laba

Emiten media seperti Surya Citra Media (SCMA) dan Media Nusantara Citra (MNCN) bakal berhadapan dengan tantangan digitalisasi TV yang mulai dijalankan tahun ini.
Proses syuting sebuah program televisi di stasiun tv SCTV, salah satu stasiun tv yang dikelola PT Surya Citra Media Tbk./scm.co.id
Proses syuting sebuah program televisi di stasiun tv SCTV, salah satu stasiun tv yang dikelola PT Surya Citra Media Tbk./scm.co.id

Bisnis.com, JAKARTA — Dua media dengan pangsa pemirsa tertinggi di Indonesia, PT Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN) dan PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA), telah merilis kinerja keuangan masing-masing untuk tahun buku 2021. Keduanya tercatat membukukan kinerja yang positif.

MNCN milik pengusaha Hary Tanoesoedibjo yang merilis laporan keuangan pada Kamis pekan lalu misalnya, tercatat menorehkan kenaikan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar 34,37 persen YoY, dari Rp1,74 triliun pada 2020 menjadi Rp2,34 triliun pada 2021.

Kenaikan laba bersih MNCN tidak lepas dari naiknya pendapatan bersih perusahaan. Pada 2021, total pendapatan usaha MNCN mencapai Rp9,62 triliun atau 20,93 persen lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan 2020 sebesar Rp7,95 triliun.

Pertumbuhan signifikan pendapatan MNCN didorong oleh meningkatnya pendapatan iklan. Pada 2021, MNCN membukukan kenaikan pendapatan iklan sebesar 22,75 persen YoY dari Rp7,48 triliun pada 2020 menjadi Rp9,19 triliun pada 2021. Capaian ini juga lebih tinggi daripada pendapatan iklan sebelum pandemi yakni Rp8,06 triliun pada 2019.

Iklan nondigital menjadi kontributor utama dengan sumbangan pendapatan sebesar Rp7,18 triliun. Namun, iklan digital menjadi pendorong pertumbuhan dengan kenaikan mencapai 106,23 persen YoY dari Rp973,21 miliar menjadi Rp2,0 triliun.

Selain kinerja positif sepanjang 2021, MNCN juga mengokohkan posisinya sebagai pemimpin pasar belanja iklan di kanal free-to-air (FTA). Berdasarkan riset Nielsen, pangsa pasar belanja iklan FTA pada 2021 yang dikuasai MNCN mencapai 48,5 persen, naik dibandingkan dengan 2020 ketika perusahaan hanya menguasai pangsa 38 persen.

Adapun pesaing di peringkat kedua tercatat menguasai 25,7 persen untuk pangsa pasar belanja iklan, turun dibandingkan dengan 2020 sebesar 28 persen. Sementara itu, grup media lain di peringkat ketiga dan keempat masing-masing menguasai 11,2 persen dan 9,5 persen pangsa pasar.

Tak kalah, emiten media Group Emtek SCMA juga mencetak pertumbuhan pendapatan sepanjang tahun 2021. Dalam laporan kinerja keuangan, SCMA memperoleh pendapatan sebesar Rp5,93 triliun pada 2021 atau naik 16,25 persen YoY dibandingkan dengan pendapatan 2020 sebesar Rp5,10 triliun.

Pendapatan iklan tercatat menyumbang sebesar Rp6,44 triliun, sementara pendapatan lain-lain sebesar Rp 736,49 miliar. Berdasarkan segmen, pendapatan dari bisnis televisi menjadi kontributor utama dengan nilai pendapatan Rp5,11 triliun.

Adapun kenaikan pendapatan ini turut diikuti dengan meningkatnya laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk SCMA. Laba bersih SCMA pada 2021 mencapai Rp1,34 triliun, naik 17,33 persen YoY dari realisasi 2020 sebesar Rp1,14 triliun.

Terlepas dari kinerja positif sepanjang 2021, Analis CGS-CIMB Sekuritas Indonesia Willy Suwanto mengatakan emiten media seperti SCMA dan MNCN bakal berhadapan dengan tantangan digitalisasi TV yang mulai dijalankan tahun ini. Meski dampak pada kedua emiten ini tergolong minim, CGS-CIMB menyematkan peringkat overweight untuk sektor media.

“Para pemain FTA akan berhadapan dengan risiko tingkat pemirsa yang lebih rendah karena transisi digital, sehingga berdampak pada belanja iklan di TV,” kata Willy dalam riset, dikutip Minggu (17/4/2022). 

Meski demikian, dia meyakini MNCN dan SCMA telah menyiapkan analog switch off (ASO) dengan merealisasikan belanja modal untuk infrastruktur penyiaran digital dalam 10 tahun terakhir.

Berdasarkan kesepakatan dengan Kementerian Komunikasi, MNCN telah mengalokasikan sekitar 843.000 unit set top box (STB) untuk penghentian siaran analog tahap I, sementara SCMA mengalokasikan 893.000 unit STB.

“Kami estimasi MNCN dan SCMA akan menghabiskan sekitar Rp300 miliar sampai Rp350 miliar atau 4—8 persen dari EBITDA 2022 dan 2023 untuk STB,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper