Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren IPO Pasca Gojek Tokopedia (GOTO) Listing di BEI, Seperti Apa?

Bursa Efek Indonesia optimistis pasca initial public offering (IPO) PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. akan menarik lebih banyak calon emiten teknologi.
Acara pencatatan saham perdana PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. di Bursa Efek Indonesia, Senin (11/4/2022). Sumber: Youtube IDX
Acara pencatatan saham perdana PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. di Bursa Efek Indonesia, Senin (11/4/2022). Sumber: Youtube IDX

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia optimistis pasca initial public offering (IPO) PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. akan menarik lebih banyak calon emiten teknologi.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan Indonesia merupakan negara penghasil unicorn terbanyak di Asia Tenggara. Selain itu, Indonesia juga masih mempunyai potensi yang sangat besar melahirkan unicorn,

“Saat ini terdapat puluhan Centaur yang siap menjadi Unicorn atau istilah saat ini “Soon-icorn”. Kami optimis pencapaian Goto IPO ini menjadi momentum yang baik untuk mendorong semakin banyaknya perusahaan teknologi lainnya untuk mengikuti langkah ini,” katanya pada Selasa (12/4/2022).

Oleh karena itu, BEI akan berupaya mendorong perusahaan dari berbagai industri termasuk juga perusahaan-perusahaan di bidang teknologi untuk memanfaatkan pasar modal. Caranya dengan melakukan sosialisasi IPO dan listing.

Vice President of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan para startup teknologi yang memiliki mimpi melakukan IPO baik di dalam dan luar negeri perlu meniru upaya GOTO dengan melakukan konsolidasi sebelum IPO dilakukan.

Konsolidasi ini tidak hanya membuat kapitalisasi pasar perusahaan menjadi lebih besar, tetapi turut menambah portofolio bisnis yang dapat menjadi perhatian investor.

"Saya rasa harus dilakukan konsolidasi, berkaca pada PT Bukalapak.com [BUKA], IPO sendiri begitu, harga sahamnya jatuh. Investor melihat kalau ada konglomerasi beberapa bidang usaha, dan seluruhnya tumbuh, itu pertanda baik," jelasnya saat dihubungi Bisnis, Senin (11/4/2022).

Kemudian, dia mencontohkan GOTO yang melakukan konsolidasi antara PT Aplikasi Karya Anak Bangsa dan PT Tokopedia terlebih dahulu. Konglomerasi bisnisnya menjadi lebih besar, terdapat bisnis ride hailing, e-commerce, dan finansial teknologi (Gopay).

Belum lagi, GOTO memiliki sejumlah perusahaan afiliasi di pasar modal seperti ARTO yang merupakan anak usahanya, serta kepemilikan minoritas di saham lainnya. Namun, hal tersebut tetap belum dapat menjadi jaminan bagi startup melakukan IPO dapat menjaga harga sahamnya tidak melempem setelah IPO.

"Pada hari pertama sambutan GOTO cukup baik, tetapi di awal-awal BUKA juga begitu. Setidaknya, nasib GOTO tidak seperti Mitratel hari pertama sudah negatif," katanya.

Pada akhirnya, emiten yang melantai di pasar modal dinilai kembali ke faktor fundamentalnya. Secara fundamental, GOTO merugi belum ada kepastian profit dalam 3 tahun ke depan, sehingga yang dapat dikejar sebagai dasar valuasi salah satunya pertumbuhan transaksi penjualan.

"Kalau tidak ada pertumbuhan, bisa seperti BUKA. Apalagi, dinamika GOTO akan pengaruh ke IHSG, sekitar 5 persen dari kapitalisasi pasar keseluruhan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper