Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi pada uji kepatuhan dan kelayakan atau fit and proper test Calon Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hari ini, Kamis (7/4/2022) memaparkan harapannya bagi pasar modal untuk tahun 2027.
Pada agenda fit and proper test Calon Dewan Komisioner OJK periode 2022 - 2027 dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi XI DPR RI, Inarno mengusung tema membangun kepercayaan dan optimisme di OJK.
“Building trust and optimism. Ini adalah sesuatu yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk dikerjakan. Oleh karena itu, saya mohon seluruh stakeholder untuk mendukung untuk supaya niat kita yang baik ini berhasil,” ungkap Inarno dikutip dalam siaran langsung akun Youtube Komisi XI DPR RI Channel, Kamis (7/4/2022).
Menggunakan tema tersebut, Inarno pun mengharapkan pada tahun 2027, kapitalisasi pasar modal bisa lebih dari Rp15.000 triliun yang artinya 60 persen dari PDB. Di mana per Rabu (7/4/2022), BEI mencatatkan kapitalisasi pasar sebesar Rp8.912 triliun.
Dari sisi rata-rata nilai transaksi harian yang saat ini sebesar Rp13,37 triliun, pada tahun 2027 diharapkan mencapai Rp25 triliun. Kemudian untuk jumlah perusahaan tercatat yang saat ini sebanyak 780 emiten menjadi 1.100 perusahaan pada 2027.
Terakhir, untuk jumlah investor pasar modal di tahun 2027, Inarno berharap mencapai lebih dari 20 juta. Adapun saat ini tercatat jumlah investor secara keseluruhan sebanyak 8,3 juta orang. Untuk diketahui, dalam beberapa tahun belakang ini, pertumbuhan investor sangat signifikan yang bila dibandingkan dengan tahun 2017 telah tumbuh setidaknya 7,5 kali lipat.
Baca Juga
Inarno mengungkapkan, untuk mencapai harapan tersebut dia berencana untuk membangun kepercayaan dan optimisme di OJK, yang memerlukan lima pilar dengan fondasi yang cukup kuat. Di mana fondasi tersebut adalah transformasi kelembagaan dari OJK melalui peningkatan proses, produktivitas, dan governance.
Lima pilar yang kemudian dijelaskan sebagai lima rencana pengembangan pasar modal indonesia tersebut adalah pertama pengaturan untuk mengakselerasi pendalaman pasar melalui keberadaan variasi produk dan layanan jasa sektor keuangan yang efisien.
Selanjutnya adalah meningkatkan akselerasi program yang berkaitan dengan ekonomi hijau, penguatan kerangka kebijakan untuk meningkatkan peran pelaku industri dalam pengembangan sektor keuangan, meningkatkan upaya perlindungan konsumen, dan juga memperkuat kerangka kebijakan layanan keuangan digital.
“Oleh karena itu dibutuhkan transformasi kelembagaan untuk membangun kepercayaan dan optimisme terhadap pasar modal,” ungkap Inarno.
Di sisi lain, Inarno menjelaskan terdapat tantangan dalam mengembangkan pasar modal yang dibaginya sebagai tantangan jangka pendek dan tantangan jangka menengah dan panjang.
Dalam jangka pendek, dia mengungkapkan bahwa terdapat upaya exit policy sebagai rangkaian dari pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.
Untuk jangka menengah dan panjang, Inarno mengakui bahwa saat ini literasi keuangan nasional khususnya terhadap produk dan jasa bidang pasar modal masih rendah. Selain itu, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan juga dinilai masih rendah.
Ditambah lagi, Inarno menyampaikan bahwa belum optimalnya peran pembiayaan dari pasar modal dalam membangun perekonomian nasional yang tercermin dari tingkat kapitalisasi pasar modal. Serta kurangnya jangkauan produk dan layanan sektor jasa keuangan untuk mendukung pertumbuhan sektor riil ekonomi daerah.