Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan Harga BBM Pengaruhi Prospek Reksa Dana

Penyesuaian harga BBM akan membawa inflasi terus mengalami peningkatan dan memengaruhi industri reksa dana.
ilustrasi investasi reksa dana
ilustrasi investasi reksa dana

Bisnis.com, JAKARTA – Tahun ini disebut-sebut sebagai tahun kebangkitan inflasi yang mulai tercermin misalnya dengan kenaikan PPN 11 persen maupun kenaikan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax.

Meski kenaikan inflasi kali ini dipercaya sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di tanah air, tetapi dari segi kinerja reksa dana pendapatan tetap PT Infovesta Utama menilai masih akan terkoreksi.

Infovesta dalam laporan mingguan yang dirilis, Senin (4/4/2022), meneropong penyesuaian harga BBM akan membawa inflasi terus mengalami peningkatan.

Seperti diketahui, per Jumat, 1 April 2022, pemerintah telah menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 11 persen, dan disertai dengan kenaikan sebesar Rp3.500 per liter untuk BBM jenis Pertamax menjadi Rp12.500 per liter.

Selain itu, inflasi juga didorong oleh kenaikan pajak karbon pada tahun ini yang untungnya ungkap Infovesta ditunda hingga Juli 2022. Oleh karena itu, sampai-sampai tahun 2022 ini disebut-sebut sebagai tahun kebangkitan inflasi.

“Bukan tidak mungkin inflasi yang melesat membuat bank sentral melakukan percepatan normalisasi moneter,” tulis Infovesta, dikutip Senin (4/4/2022).

Apalagi pada pertengahan Maret lalu, The Fed telah menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) dan berencana akan menaikkan suku bunga lebih agresif yaitu sebesar 50 bps.

Namun Infovesta memperhatikan bahwa Bank Indonesia saat ini cenderung lebih banyak mempertimbangkan kondisi inflasi dalam negeri, dibandingkan mengikuti momentum kapan dan seberapa cepat The Fed menaikkan suku bunga.

“Dengan perkembangan kondisi ekonomi tersebut, kinerja reksa dana pendapatan tetap diperkirakan masih akan terkoreksi,” ungkap Infovesta.

Laporan tersebut menjelaskan terkoreksinya kinerja reksa dana pendapatan tetap tersebut melihat volatilitas pasar utang yang masih cukup tinggi sebagai respon dari percepatan kenaikan suku bunga The Fed dan inflasi di dalam negeri yang bergerak lebih cepat.

Namun di sisi lain, Infovesta menyebutkan pertumbuhan ekonomi menjadi sentimen positif bagi pertumbuhan investasi saham.

Adapun Infovesta menilai perekonomian di kuartal I/2022 melaju cukup baik yang tercermin dari rilis data penerimaan negara sepanjang tahun 2022, mulai dari pertumbuhan penerimaan negara hingga kenaikan indeks manufaktur (PMI).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper