Bisnis.com, JAKARTA – Meningkatnya penggunaan dan adopsi regulasi terkait Bitcoin menjadi salah satu katalis positif yang mengerek naik harga aset kripto ini.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan, reli harga Bitcoin salah satunya ditopang oleh meningkatnya pengakuan atau legitimasi aset di dunia.
Di AS, Presiden Joe Biden telah menandatangani perintah eksekutif yang mengatur lembaga federal dalam memeriksa potensi perubahan regulasi, serta ancaman yang mungkin muncul dari aset digital, baik dari sisi keamanan maupun ekonomi.
Sementara itu, pemerintah di India juga tengah merancang regulasi serupa untuk mengatur penggunaan Bitcoin. Hal ini semakin menambah kepercayaan diri pasar dan investor terhadap aset-aset kripto.
“Potensi gencatan senjata pada konflik Rusia – Ukraina turut menjadi katalis positif bagi Bitcoin, dengan Rusia dan Ukraina juga menggunakan Bitcoin sebagai mata uang selama terjadinya konflik,” jelas Ibrahim saat dihubungi, Rabu (30/3/2022).
Ibrahim melanjutkan, semakin banyaknya negara yang menggunakan Bitcoin atau aset kripto lain akan menjadi katalis positif yang menjaga reli harga selama beberapa waktu ke depan. Apalagi, sentimen kenaikan suku bunga The Fed yang mempengaruhi aset-aset berisiko seperti saham dan kripto juga mulai sedikit mereda.
Baca Juga
Keterbatasan pasokan Bitcoin juga akan diperhatikan oleh pelaku pasar. Ibrahim menuturkan, jumlah Bitcoin yang dapat ditambang (mining) kini hanya tinggal 1,9 juta dari total ketersediaan Bitcoin global sebanyak 23 juta.
“Hal ini merupakan indikasi bahwa permintaan terhadap Bitcoin cukukp tinggi, tetapi barangnya sedikit,” paparnya.
Seiring dengan hal tersebut, Ibrahim memprediksi harga Bitcoin akan bergerak pada rentang US$37.000 hingga US$49.000. Jika berhasil bertahan pada level tersebut, harga Bitcoin berpotensi menembus kisaran US$56.000 pada akhir tahun nanti.
“Mengingat harga yang sedang tinggi, investor sebaiknya menahan diri hingga harga terkoreksi ke level US$40.000,” pungkasnya.