Bisnis.com, JAKARTA – Grup Adaro, yakni PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) dan anak usahanya, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) berkomitmen membagikan dividen. Adapun, keputusan pemberian dividen akan dilakukan melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST).
“Tahun ini ADMR akan membagikan dividen yang pertama,” ungkap Head of Corporate Communication Adaro Febriati Nadira kepada Bisnis, Kamis (24/3/2022).
Adapun, terkait jumlahnya, Nadira menyebutkan baru akan diumumkan kepada publik setelah putusan di Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Senada dengan ADMR, ADRO juga dipastikan akan membagikan dividen pada tahun ini.
Manajemen ADMR mengumumkan akan mengadakan RUPST pada Selasa, 26 April 2022 pukul 09.00 WIB – selesai.
"Pemegang saham yang berhak hadir atau diwakili dalam Rapat adalah pemegang saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan pada tanggal 1 April 2022 sampai dengan pukul 16:00 WIB," papar manajemen ADMR.
Meski belum mengumumkan agenda RUPST, investor tentunya berharap akan adanya kucuran dividen sesuai prospektus IPO perseroan. ADMR listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 3 Januari 2022, emiten baru pertama tahun ini.
Baca Juga
Pada 2021, ADMR membukukan pendapatan usaha Rp460,17 miliar, melonjak 273 persen year on year (yoy) dari sebelumnya Rp123,3 miliar pada 2020.
Adaro Minerals pun membukukan laba bersih Rp155,11 miliar pada 2021, berbalik positif setelah rugi bersih Rp28,28 miliar pada 2020.
Dengan estimasi rasio dividen 45 persen dari laba bersih, maka ADMR berpeluang memberikan dividen Rp69,8 miliar.
Mengutip prospektus ADMR, berdasarkan ketentuan Anggaran Dasar, apabila Adaro Minerals membukukan laba bersih pada suatu tahun buku, maka dapat membagikan dividen kepada pemegang saham berdasarkan rekomendasi dari Direksi dengan persetujuan RUPS.
"Perseroan hanya dapat membagikan dividen apabila Perseroan mempunyai saldo laba yang positif," seperti dikutip dari prospektus.
Ada 4 pertimbangan manajemen Adaro Minerals dalam memberikan dividen. Pertama, hasil operasi, arus kas, kecukupan modal dan kondisi keuangan dari ADMR dan perusahaan anak dalam rangka mencapai tingkat pertumbuhan yang optimal di masa yang akan datang.
Kedua, kewajiban pemenuhan pembentukan dana cadangan. Ketiga, kewajiban-kewajiban ADMR dan perusahaan anak berdasarkan perjanjian-perjanjian dengan pihak ketiga (termasuk kreditur).
Keempat, kepatuhan pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan persetujuan dari RUPS. Mulai tahun 2021 manajemen Adaro Minerals merencanakan rasio pembayaran dividen sampai dengan 45 persen dari laba bersih konsolidasi setiap tahunnya.
Sementara itu, ADRO berencana mengadakan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) pada Rabu, 27 April 2022 pukul 09.00 WIB sampai selesai.
Emiten berkode saham ADRO ini belum menjelaskan lebih lanjut terkait agenda yang akan dibahas dalam RUPST ini. Namun, yang pasti, investor akan menanti pembagian dividen dari emiten tambang ini.
Tahun lalu, Adaro membagikan dividen tunai sebesar US$146,8 juta untuk tahun buku 2020. Dividen ini setara dengan 99 persen dari total laba bersih perseroan pada 2020 yang mencapai US$147 juta.
Adaro juga tercatat membagikan dividen interim untuk tahun buku 2021 senilai US$350 juta atau sekitar Rp5 triliun. Dengan jumlah saham yang diterbitkan 31.985.962.000 lembar, maka estimasi dividen yang dibayarkan Adaro senilai Rp156.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, ADRO mencatatkan EBITDA operasional naik 138 persen menjadi US$2,10 miliar, atau melebihi panduan EBITDA operasional yang telah direvisi menjadi US$1,75 miliar sampai US$1,90 miliar.
EBITDA operasional ini tidak memperhitungkan komponen no-operasional, sehingga angka tersebut mencerminkan kinerja ADRO yang sesungguhnya.
Selanjutnya, ADRO membukukan laba inti US$1,25 miliar, yang menunjukkan bahwa bisnis inti berkinerja baik. ADRO juga menghasilkan US$1,27 miliar arus kas bebas pada 2021, atau naik 102 persen yoy.
ADRO juga mencatatkan laba bersih US$933,49 juta pada 2021, melesat ratusan persen dari sebelumnya US$146,93 juta pada 2020.
Sementara itu, Adaro membukukan pendapatan usaha sebesar US$3,99 miliar pada 2021, atau naik 58 persen dari 2020, karena kenaikan harga jual rata-rata (ASP) sebesar 70 persen karena tingginya harga batu bara.