Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada penutupan perdagangan sesi I hari ini, Kamis (24/3/2022). IHSG kembali memecahkan rekor penutupan tertinggi sepanjang masa.
Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 15.00 WIB IHSG parkir pada posisi 7.049,68 atau naik 0,77 persen. Kapitalisasi Bursa parkir di Rp8.900 triliun.
IHSG kembali berhasil mencatatkan rekor penutupan tertinggi sepanjang sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebelumnya, IHSG mencapai level penutupan tertinggi 7.000,82 pada Selasa lalu, 22 Maret 2022.
Tercatat, 262 saham menguat, 242 saham melemah dan 176 saham bergerak stagnan. Investor asing mencatatkan aksi net foreign buy Rp1,58 triliun di seluruh pasar.
Investor asing tercatat membeli saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp428,2 miliar, atau yang terbanyak hari ini. Menyusul dibelakangnya adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) senilai Rp398,7 miliar dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar Rp187,5 miliar.
Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya menyebutkan gerak positif IHSG terjadi ketika mayoritas bursa regional Asia bergerak melemah. Pelemah ini dinilai terjadi akibat pengaruh kenaikan harga minyak dunia.
Baca Juga
Harga minyak dunia kembali mengalami kenaikan. Minyak Brent naik 5,3 persen dan ditutup di US$121.60 per barel dan jenis WTI naik 5,18 persen ke level US$114.93 per barel. Kenaikan terjadi akibat dari berhentinya ekspor minyak mentah asal Kazakhstan melalui pipa CPC di laut hitam Rusia karena adanya badai dan cuaca buruk.
“Hal ini tampaknya akan membebani pasar yang cemas kenaikan tersebut mendorong inflasi sehingga berdampak terhadap ekonomi,” tulis Pilarmas Investindo Sekuritas.
Di sisi lain, pasar juga menanti pertemuan pemimpin NATO serta Eropa dalam KTT darurat, sehubungan dengan sanksi tambahan yang akan diberikan ke Rusia. Hal ini memberikan kegelisahan pasar atas ketidakpastian kondisi konflik Rusia dan Ukraina.
Sementara dari dalam negeri, kabar terbaru atas kebijakan pemerintah yang mengizinkan mudik tahun ini seiring membaiknya situasi Covid-19 menjadi sentimen positif. Dengan adanya kebijakan tersebut, aktivitas dan mobilitas masyarakat bisa terdorong dan berpotensi meningkatkan daya konsumsi masyarakat.
“Namun demikian pemerintah tetap akan menjaga keseimbangan antara kesehatan dan ekonomi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan," jelasnya.