Bisnis.com, JAKARTA — Emiten produk konsumer PT Mayora Indah Tbk (MYOR) memperkirakan permintaan pada momen Ramadan dan Lebaran akan naik sampai 30 persen dibandingkan dengan bulan-bulan biasa. Mayora menyebutkan kenaikan permintaan terjadi pada seluruh produk yang dihasilkan.
“Kami mengestimasi kenaikan permintaan kurang lebih 30 persen lebih tinggi dibandingkan dengan bulan biasanya,” kata Sekretaris Perusahaan Mayora Indah Yuni Gunawan kepada Bisnis, Senin (21/3/2022).
Dia menjelaskan Mayora telah mempersiapkan antisipasi menghadapi kenaikan permintaan dengan meningkatkan produksi. Yuni menyebutkan tidak ada produk khusus yang menjadi fokus peningkatan produksi.
“Kami tidak memfokuskan pada salah satu jenis produk karena setiap produk memiliki pasar dan marketing team sendiri. Sehingga kami berharap seluruh produk line kita dapat memanfaatkan momen ini. Menjelang Ramadan dan Idulfitri, permintaan semua produk mengalami peningkatan,” katanya.
Aktivitas produksi emiten konsumer sendiri harus dihadapkan dengan tantangan kenaikan harga komoditas dan bahan baku, Yuni sebelumnya mengemukakan bahwa kenaikan tersebut tidak selalu berdampak signifikan pada proses produksi karena perusahaan menerapkan diversifikasi sumber pasokan bahan baku.
Dia juga meyakini kenaikan harga komoditas tetap akan diikuti dengan perbaikan daya beli konsumen di Tanah Air.
Baca Juga
Sebelumnya, MYOR mencatat kenaikan penjualan sebesar 13,12 persen secara tahunan per September 2021. Penjualan Mayora Indah mencapai Rp19,88 triliun. Jumlah ini meningkat dari Rp 17,58 triliun yang dicetak di periode yang sama pada 2020.
Penjualan Mayora hingga kuartal III/2021 ditopang oleh pasar dalam negeri dengan kontribusi sebesar Rp11,76 triliun. Angka ini tumbuh 12,45 persen yoy dari sebelumnya Rp10,46 triliun.
Selain itu, MYOR membukukan beban penjualan dan beban umum serta administrasi masing-masing senilai Rp3,07 triliun dan Rp573,50 miliar. Beban usaha secara keseluruhan naik 7,97 persen yoy menjadi Rp3,64 triliun selama Januari-September 2021.
Adapun, laba bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk Mayora turun dari Rp1,55 triliun pada Januari—September 2020 menjadi Rp977,93 miliar.