Bisnis.com, JAKARTA - Emiten produsen minuman beralkohol, PT Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI), bakal mengelola limbah pembuatan bir menjadi produk makanan bergizi tinggi.
Inovasi itu dilakukan melalui proyek kolaborasi yang bertujuan untuk mengolah limbah pangan dari proses pembuatan bir menjadi produk makanan bergizi tinggi. Proyek dengan tajuk “Food Upcycling for the Future” itu digarap produsen bir Bintang ini dengan perusahaan daur ulang makanan asal Korea Selatan RE:harvest dan ASEM SMEs Eco-Innovation Center (ASEIC).
Ika Noviera, Direktur Corporate Affairs Multi Bintang Indonesia, menuturkan proyek rintisan ini dapat berkontribusi pada target Pemerintah Indonesia untuk mencapai 30 persen pengurangan limbah pada 2025. Pasalnya, produksi satu kilogram tepung dari BSG diharapkan dapat menyerap tiga kilogram limbah pangan.
“Kami menaruh keberlanjutan sebagai inti dari bisnis kami, dan kami selalu terbuka terhadap peluang untuk berinovasi secara terus-menerus agar dapat menciptakan dampak positif yang lebih besar. Kami sangat senang akhirnya dapat memulai kolaborasi yang telah lama ditunggu-tunggu ini untuk mencari solusi inovatif mengolah produk sampingan atau limbah produksi kami menjadi sesuatu yang lebih berharga,” katanya dalam keterangan, Jumat (11/3/2022).
Adapun, proyek tersebut didanai oleh Partnering for Green Growth and the Global Goals 2030 (P4G) sebagai bagian dari inisiatif mendukung negara-negara berkembang mencapai lima bidang Sustainable Development Goals (SDGs).
Sebagai peracik bir terbesar di Indonesia, Multi Bintang Indonesia melalui kemitraan dengan RE:harvest dan ASEIC ingin berkontribusi memberikan solusi alternatif dengan memasok sisa biji-bijian dari proses pembuatan bir yang sebenarnya masih memiliki nilai, atau dikenal sebagai brewer's spent grain (BSG). BSG sebagai bahan baku didaur ulang menjadi tepung bergizi tinggi yang nantinya dapat digunakan untuk membuat produk makanan seperti granola bar, roti, dan mi.
Bir terbuat dari empat bahan alami, yaitu air, barley, hop, dan ragi. Pada langkah awal proses pembuatan bir, campuran biji-bijian malted barley dan air dipanaskan. Di sini terjadi konversi pati dalam biji-bijian menjadi gula, menciptakan cairan manis dari hasil ekstraksi biji-bijian, yang
disebut dengan wort.
Biji-bijian tersebut lalu dipisahkan dari wort, kemudian wort akan diproses lebih lanjut dan didinginkan sebelum difermentasi oleh ragi menghasilkan alkohol. Biji-bijian yang dipisahkan ini dikenal sebagai BSG dan merupakan produk sampingan utama dari proses pembuatan bir, yang mencakup 85 persen dari limbah produksi bir.
BSG biasanya kaya akan protein dan serat, menjadikannya bahan makanan alternatif bernutrisi tinggi yang menjanjikan sebagai pengganti bahan makanan rendah serat. Namun, meskipun selama ini telah digunakan menjadi pakan ternak, BSG dari MLBI belum pernah digunakan untuk bahan makanan konsumsi manusia.
“Kami sangat antusias untuk bergabung dalam kemitraan ini, di mana kami menghadirkan teknologi food upcycling terdepan dari Korea. Melalui solusi yang kami tawarkan, kami berharap dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan secara signifikan melalui daur ulang produk sampingan yang saat ini dibuang atau digunakan sebagai produk bernilai rendah,” kata Alex Min, CEO RE:harvest.
Baca Juga : Aksi Sustainability Butuh Kolaborasi |
---|
Sebelumnya, RE:harvest juga bekerja sama dengan produsen bir terbesar di Korea Selatan. Perseroan mengolah produk sampingan dari bir dan sikhye, minuman tradisional Korea, menjadi RE:nergy Flour. Produk baru itu merupakan tepung alternatif dengan kandungan kalori 30 persen lebih rendah, namun memiliki dua kali lipat protein, dan lebih dari 20 kali lipat serat pangan dibandingkan dengan tepung terigu biasa.