Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak menguat lebih dari 1 persen pada akhir perdagangan Rabu atau Kamis pagi WIB, karena masih memanasnya situasi Rusia-Ukraina.
Mengutip Antara, investor mempertimbangkan pernyataan yang saling bertentangan tentang kemungkinan penarikan beberapa pasukan Rusia dari sekitar perbatasan Ukraina.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April meningkat US$1,52 atau 1,6 persen menjadi US$94,81 per barel. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret bertambah US$1,59 atau 1,7 persen menjadi ditutup di US$93,66 per barel, setelah sempat melonjak ke US$95,01.
Pada Senin (14/2/2022), kedua kontrak acuan mencapai level tertinggi sejak September 2014, dengan harga minyak Brent menyentuh US$96,78 dan WTI mencapai US$95,82.
Namun kontrak berjangka jatuh setelah penyelesaian perdagangan reguler, setelah pejabat AS dan Iran mengatakan mereka lebih dekat dengan kesepakatan tentang pengembangan senjata nuklir yang terakhir yang akan memungkinkannya untuk meningkatkan penjualan minyak global.
Sikap Rusia yang mengancam terhadap Ukraina telah mendominasi pasar minyak selama beberapa minggu, dengan kekhawatiran bahwa gangguan pasokan dari produsen utama di pasar global yang ketat dapat mendorong harga minyak ke US$100 per barel.
Baca Juga
"Pasar telah mencerminkan situasi yang telah terjadi dan apa yang mungkin terjadi, yang merupakan ambiguitas dari satu hari ke hari berikutnya," kata Kepala Penelitian Komoditas Global Citi, Edward Morse.
Harga minyak didukung oleh data mingguan yang menunjukkan permintaan bahan bakar AS bertahan pada rekor tertinggi, sementara persediaan minyak mentah di Cushing, Oklahoma, pusat penyimpanan dan titik pengiriman untuk kontrak berjangka AS turun ke level terendah sejak September 2018.
Setelah penutupan, Departemen Luar Negeri AS mengatakan pihaknya berada di tengah-tengah tahap akhir pembicaraan nuklir Iran, sementara negosiator nuklir Iran Ali Bagheri Kani mencuit bahwa setelah berminggu-minggu pembicaraan intensif, "kami lebih dekat dari sebelumnya ke kesepakatan."
Harga minyak turun tajam, meskipun dengan volume tipis, dengan Brent dan minyak mentah AS keduanya melemah sekitar satu persen.
"Orang akan berada dalam perincian dan seberapa cepat minyak Iran dapat melanjutkan (pasokan)," kata Analis Senior Price Futures Group, Phil Flynn, di Chicago.
Amerika Serikat dan NATO mengatakan Rusia masih membangun pasukan di sekitar Ukraina pada Rabu (16/2/2022) meskipun Moskow bersikeras bahwa pihaknya akan mundur, mempertanyakan keinginan Presiden Vladimir Putin untuk merundingkan solusi bagi krisis tersebut.
"Risiko invasi skala penuh telah sedikit berkurang. Tapi kami tidak mungkin keluar dari status quo saat ini," kata Kepala Analis Komoditas SEB, Bjarne Schieldrop, di Oslo.
Menteri keuangan Rusia mengatakan negara itu akan siap untuk merutekan kembali pasokan energi jika sanksi Barat menargetkan sektor energinya.
Persediaan minyak mentah AS naik 1,1 juta barel pekan lalu, tetapi persediaan keseluruhan di pusat pengiriman Cushing turun 1,9 juta barel, dan produk yang dipasok - proksi untuk permintaan - mencapai rekor 22,1 juta barel per hari selama empat minggu terakhir, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan.
"Persediaan EIA mencerminkan pemadaman listrik yang kami lihat di Texas yang berdampak pada kapasitas lebih dari 1 juta barel per hari akhir pekan lalu," kata Presiden Lipow Oil Associates, Andy Lipow,. "Situasi di Ukraina melampaui data EIA."
Produsen minyak telah berjuang untuk memenuhi permintaan atau target produksi mereka sendiri. Kepala Badan Energi Internasional Fatih Birol meminta Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu mereka, yang dikenal sebagai OPEC+, untuk mempersempit kesenjangan antara target produksi minyak mereka dan produksi aktual.