Bisnis.com, JAKARTA- PT Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), menargetkan pertumbuhan investor ritel sebesar 55 persen dari 12.590 jumlah investor ritel di 2021.
Perusahaan sekuritas dan Anggota Bursa yang berkode BQ di Bursa Efek Indonesia ini memutakhirkan fitur aplikasi trading online bernama KOINS untuk memudahkan transaksi investor ritel dan institusi. Korea Investment And Sekuritas Indonesia sudah mengantongi izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan nomor KEP-11/PM/PEE/2000.
Tren jumlah Investor ritel yang tercatat di KISI tiap tahun meningkat. Rinciannya, jumlah investor ritel di 2020 sebanyak 5.324 dan 2.212 di 2019.
Song Sangyup, Direktur Utama Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), menjelaskan investor ritel yang tercatat di KISI semakin bertambah di awal tahun 2022.
“Untuk memudahkan transaksi investor, khususnya investor ritel kami menyediakan aplikasi KOINS yang menggunakan teknologi paling mutakhir agar mempermudah segala keperluan para nasabah, khususnya para investor dari generasi milenial,” ujar Song Sangyup di Jakarta, Jumat (11/2/2022).
Pertumbuhan investor di pasar modal Indonesia kian memacu KISI untuk memutakhirkan dan memudahkan transaksi investor di platform digital. Kemudian, KISI menginisiasi program edukasi investor agar literasi investasi di pasar modal kian meningkat di masa mendatang.
Baca Juga
“Kami menggencarkan program edukasi untuk mengampanyekan "Yuk Nabung Saham" ke kalangan investor muda, antara lain mengedukasi tentang analisa fundamental, top to down analysis, analisa sektor usaha, teknikal, manajemen portofolio, diversifikasi saham, dan investasi lainnya," tutur Song Sangyup.
Perihal investor di pasar modal, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mengamati minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal itu kian semarak di masa pandemi. BEI dan KSEI mencatat jumlah total investor pasar modal berbasis Single Investor Identification (SID) pada 29 Desember 2021 itu meningkat sebesar 92,7% atau menjadi 7,48 juta investor dari 3,88 juta investor di 2020.
Jumlah investor di tahun lalu itu meningkat hampir 7 kali lipat apabila dibandingkan tahun 2017. Data lainnya juga menyebutkan jumlah investor reksadana tercatat menjadi yang terbanyak lantaran jumlahnya mencapai 6,82 juta orang (SID), disusul investor Surat Berharga Negara (SBN) yang meningkat sebesar 32,68% menjadi 610,82 ribu orang, dan investor saham bertambah 103% menjadi 3,4 juta orang.
Adapun, pertumbuhan investor pada tahun lalu itu disokong peningkatan investor ritel, yakni investor dari generasi milenial (kelahiran tahun 1981-1996) dan gen-Z (kelahiran tahun 1997-2012) atau rentang usia ≤ 40 tahun yang porsinya sebesar 88% dari total investor ritel. Lonjakan pertumbuhan jumlah investor ritel turut berdampak terhadap dominasi investor ritel terhadap aktivitas perdagangan harian di BEI yang porsinya mencapai 56,2% dari 48,4% di tahun sebelumnya. Usia investor pasar modal Indonesia yang didominasi generasi milenial dan gen-Z menjadi salah satu alasan maraknya pengembangan serta proses digitalisasi di pasar modal. “KISI mengamati investor muda ini melek digital sehingga mereka cenderung bertransaksi secara online di beragam instrumen investasi yang tersedia di pasar modal (saham, reksadana, dan obligasi ritel),” ucap Song Sangyup.
Song Sangyup menyebutkan KISI, yang disokong modal yang solid dan berpengalaman di industri pasar modal di Korea Selatan, menargetkan untuk menjadi perusahaan sekuritas terbesar di Indonesia pasca mengakuisisi PT Danpac Sekuritas pada pertengahan 2018. “Kami menargetkan ekspansi bisnis di Indonesia dapat bisa menembus nasabah segmen ritel, seperti yang telah kami lakukan selama 47 tahun di Korea Selatan,” kata Song Sangyup.
Song Sangyup menambahkan manajemen KISI mempraktikan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG) dan prinsip integritas yang memandu perilaku insan KISI di pasar modal. KISI adalah anak perusahaan Korea Investment Holdings (KIH), perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Korea Selatan dengan kapitalisasi pasar sekitar Rp 73 triliun. KIH, sejak didirikan pada tahun 1974, merupakan perusahaan investasi yang pertamakali di Korea Selatan. KIH melebarkan sayap bisnis lantaran memperluas cabang di berbagai negara, yaitu New York, London, Tokyo, Hongkong, Singapura, Vietnam dan Indonesia